Jakarta -
Tingginya harga minyak dan gas dunia disinyalir turut membuat gasLPG 3 kg mengalami kenaikan. Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memberi sinyal gas LPG 3 kg akan mengalami kenaikan.
"Jadi over all yang akan terjadi nanti Pertamax, Pertalite (naik). Premium belum. Terus kemudian mengenai gas yang 3 kg itu kita bertahap," ujar Luhut usai meninjau proyek LRT Jabodebek di Bekasi, Jumat (1/4/2022).
"Jadi nanti 1 April, nanti Juli, nanti bulan September. Itu semua bertahap dilakukan oleh pemerintah," sambung Luhut
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak ayal, dorongan mengganti kompor gas ke kompor induksi atau kompor listrik pun muncul sebagai solusi mengurangi ketergantungan gas. Namun, sebelum menerapkan peralihan itu, biaya bulanan kompor listrik perlu dihitung dahulu. Apa kompor listrik lebih murah atau lebih mahal dibandingkan kompor gas?
Executive Vice President Komunikasi Korporat dan CSR PLN Agung Murdifi, penggunaan kompor listrik lebih murah dibandingkan dengan kompor LPG.
Ia menjelaskan dari hasil uji coba yang dilakukan menunjukkan rumah tangga kecil rata-rata mengkonsumsi 11,4 kg LPG subsidi dengan biaya Rp 79.400 per bulan setelah disubsidi pemerintah sebesar Rp 125.400, sehingga total biaya yang dibutuhkan untuk memasak menggunakan LPG mencapai Rp 204.800 per bulan.
Sedangkan biaya yang dibutuhkan untuk memasak menggunakan kompor induksi sebagai berikut, harga listrik tanpa subsidi 1 kWh Rp 1.444,7 sedangkan kebutuhan listrik per bulan sebesar 82 kWh, dengan begitu biaya yang dibutuhkan untuk masak per bulan menggunakan kompor induksi tanpa subsidi sebesar Rp 118.465 sehingga terdapat penghematan sekitar Rp 86.335 setiap bulan.
"Waktu masak yang lebih cepat akan membuat kompor listrik lebih hemat penggunaan energi daripada gas," ujar Agung, kepada detikcom, Selasa (12/4/2022).
Bersambung ke halaman selanjutnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro mengatakan kompor listrik tidak bisa begitu saja menggantikan kompor LPG, khususnya yang menggunakan LPG 3 kg begitu saja. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti daya listrik di rumah.
Ia mengingatkan penggunaan kompor listrik harus di rumah yang dayanya minimal 1300 watt. "Listriknya tidak bisa yang 900 watt, jadi harus naik. Sementara untuk masyarakat Indonesia pengguna LPG 3 kg kan yang biasa menerima subsidi listrik, biasanya memakai daya 900 watt ke bawah," katanya.
Hal yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah kompor listrik memerlukan alat masak khusus. Panci yang biasa digunakan untuk kompor gas, tidak bisa digunakan di kompor listrik. Maka dari itu, pengguna kompor listrik juga harus mengeluarkan modal untuk membeli alat masak tersendiri.
Kemudian, hal yang perlu menjadi catatan juga, Komaidi mengungkapkan, alat-alat masak kompor listrik kurang kompatibel dengan masakan Indonesia.
"Misalnya mau bikin lodeh atau rawon, itu kalau pakai kompor listrik kurang cocok. Dia setting-nya untuk barbeque, makanan ala Barat, mungkin karena asalnya dari luar jadi begitu," ujarnya.
Jika mau memasak mi instan pun, tambah Komaidi, itu lebih lama beberapa menit menggunakan kompor listrik dibandingkan kompor gas.
Total dari kompor dan dan alat-alat masak kompor gas itu, menurutnya, bisa membutuhkan dana sebesar Rp 10 juta.
"Tidak hanya kompornya, kan ada pancinya. Itu harus satu paket. Bisa-bisa sampai Rp 10 juta," ujar dia.
Dia mengingatkan untuk memperhatikan biaya listrik yang ditanggung jika menggunakan kompor listrik, karena itu sudah pasti naik
Sebagai informasi, Harga acuan LPG yaitu CP Aramco naik hingga US$ 775 per metrik ton (MT) pada Februari 2022 dibandingkan dengan harga rata-rata sepanjang 2021 yaitu US$ 637 per MT.
Komaidi mengatakan harga acuan LPG yaitu CP Aramco naik melebihi asumsi APBN 2022 yang sebesar US$ 525 per MT. "Sekarang hampir US$ 1.000 per MT. Mungkin naik 80-90%. Saya kira itu jadi faktor pendorong (naik LPG 3kg)," jelasnya.