Sri Lanka menghadapi kelangkaan bahan bakar dan pangan. Bukan hanya itu, harga bahan bakar dan pangan juga meroket seiring terjadinya krisis yang melanda negara tersebut yang disebut-sebut sebagai krisis terparah dalam sejarah negara tersebut.
Jutaan warga harus menanggung pemadaman listrik setiap hari dan megantre berjam-jam untuk mendapatkan kebutuhan dasar seperti gas untuk memasak dan solar untuk kendaraan mereka.
Mengutip sebuah video yang ditayangkan bbc.com, terlihat masyarakat berdesakan membawa jeriken yang disusun berjajar mengikuti antrean panjang yang mengular.
Para pengemudi tuk-tuk, sejenis kendaraan umum beroda tiga di Sri Lanka juga terpaksa antre berjam-jam demi solar untuk kendaraan mereka bisa tetap bergerak menarik penumpang.
"Kami harus memasang tarif lebih tinggi seiring dengan kenaikan haraga bahan bakar. Kami harus mengantre meseki ini berat buat kami, tapi kami harus bertahan, kami tidak punya pilihan lain," kata seorang pengemudi tuk-tuk, Elluwawalage Sirisena kepada BBC diktip detikcom, Rabu (13/4/2022).
Mereka juga harus berjibaku dengan pemburu bbm lainnya lantaran pasokan yang sangat terbatas.
"BBM hanya tersedia sekitar satu jam sebelum ludes. Kadang, pasokannya sudah ludes ketika saya masih antre," sambung dia.
Menurutnya, ini adalah kondisi terburuk yang pernah ia alami. Ia merasa, tak ada bantuan yang ia terima untuk melalui tekanan ekonomi tersebut.
"Kami bahkan tidak tahu apakah presiden masih hidup atau tidak di negara ini (di Sri Lanka)," keluhnya.
Penderitaannya lebih terasa lagi di malam hari saat ia berada di rumah. Gas untuk memasak habis. Listrik untuk penerangan pun padam.
"Saya merasa frustasi dan marah," kata Elluwawalage.
Kusumawathi Sirisena, istri Elluwawalage juga mengaku merasakan frustasi yang sama.
"Satu-sataunya pilihan untuk kami adalah menghentikan pemerintahan ini, melakukan pemilu dan membuat perjanjian dengan pemerintah baru. Hanya tuhan yang bisa membantu kami sekarang," kata dia.
(dna/dna)