Alasan di Balik Rencana Kenaikan Harga Pertalite

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Senin, 18 Apr 2022 14:29 WIB
Foto: Hasan Al Habshy
Jakarta -

Sinyal dari pemerintah untuk menaikkan harga BBM khususnya Pertalite makin kencang. Kode itu salah satunya dilempar oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif.

Dalam rapat kerja dengan Komisi VII (13/4), Arifin menjelaskan, konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina memberikan dampak pada pasokan minyak.

"Situasi konflik geopolitik ini mungkin akan berlangsung lama dan memang akibat dari embargo yang dilakukan oleh negara-negara tertentu, ini menyebabkan akan berkurangnya suplai. Nah suplai ini yang kurang lebih 10% dari suplai dunia itu sudah direspons bahwa OPEC tidak mungkin bisa memenuhi," kata Arifin seperti ditulis Senin (18/4/2021).

Arifin mengatakan, konflik yang berkepanjangan bisa menyebabkan krisis pasokan yang ujungnya berpengaruh terhadap harga komoditas seperti bahan bakar minyak (BBM)

"Jadi kalau konflik ini berkepanjangan, akan menyebabkan krisis suplai dan krisis suplai ini akan menyebabkan pengaruh terhadap harga komoditas karena memang demand sudah mulai meningkat pasca membaiknya COVID ini sendiri," tuturnya.

Pada kesempatan itu, Arifin juga menuturkan, dalam jangka menengah dan panjang akan dilakukan penyesuaian harga Pertalite dan solar. Selain itu, akan dilakukan pengamanan dengan peningkatan cadangan operasional dari 21 hari menjadi 30 hari.

"Dalam jangka menengah dan panjang kita akan melakukan optimalisasi campuran bahan bakar nabati dalam solar, penyesuaian harga Pertalite, minyak solar dan mempercepat bahan bakar pengganti antara lain KBLBB, BBG, bioethanol, BioCNG, dan lain-lain," kata Arifin.

Sementara, untuk jangka pendek, salah satu skenario yang akan dilakukan pemerintah yaitu menambah kuota BBM subsidi seperti solar, minyak tanah, hingga BBM khusus penugasan seperti Pertalite.

Kuota Solar subsidi diusulkan bertambah sebesar 2,29 juta kilo liter (kl) menjadi 17,39 juta kl, minyak tanah bertambah 0,10 juta kl menjadi 0,58 juta kl, dan Pertalite bertambah 5,45 juta kl menjadi 28,50 juta kl.

"Jangka pendek kami mengusulkan perubahan kuota jenis BBM tertentu yaitu JBT minyak solar, JBT minyak tanah, dan JBKP Pertalite, serta penyesuaian harga BBM non subsidi sesuai keekonomian yg pasarnya untuk kalangan menengah ke atas," terangnya.

Rencana menaikan harga Pertalite ini sendiri dibenarkan Ketua Komisi VII DPR Sugeng Suparwoto. Bahkan, ia mengatakan, sudah ada hitung-hitung terkait kenaikan harga ini.

Dia mengatakan, harga Pertalite diperkirakan naik sebanyak Rp 2.000 hingga Rp 3.000 per liter. Sehingga harga Pertalite akan di kisaran Rp 9.500 per liter. Saat ini, harga Pertalite sendiri di harga Rp 7.650 per liter.

"Sudah ada semacam hitung-hitungan Pertalite sudah lah naik kurang lebih Rp 3.000 per liter, paling tinggi ya, idealnya di angka Rp 2.000, sehingga harganya di Rp 9.500 menggantikan Pertamax yang lalu," kata Sugeng dikutip dari Power Lunch CNBC Indonesia.

Menurutnya, kenaikan ini membantu arus kas PT Pertamina (Persero). Sebab, volume konsumsi Pertalite cukup besar.

Sugeng melanjutkan, arus kas Pertamina juga mesti diselamatkan. Sebab, Pertamina mengemban tugas penugasan. Dia menambahkan, arus kas Pertamina saat ini sudah sangat kritis.

"Itu sudah agak lumayan. Cash flow Pertamina sudah agak mulai terbantu karena ini volumenya tinggi. Sekali lagi cash flow Pertamina juga harus kita selamatkan sebagai BUMN yang mendapatkan tugas sebagai public service obligation atau PSO," katanya.

"Mengingat cash flow Pertamina hari ini sudah sangat sangat kritis," tambahnya.



Simak Video "Video: Sejoli Ini Modif Tangki Sedan Jadi 100 Liter Demi Dapat BBM Subsidi"

(acd/das)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork