Simak! 6 Hal Ini Bisa Bantu RI Bebas Emisi Karbon di 2060

ADVERTISEMENT

Simak! 6 Hal Ini Bisa Bantu RI Bebas Emisi Karbon di 2060

Trio Hamdani - detikFinance
Senin, 18 Apr 2022 18:15 WIB
PLTP Kamojang yang berada di Garut merupakan pembangkit listrik yang mengandalkan tenaga panas bumi. PLTP ini disebut sebagai yang tertua lho di Indonesia.
PLTP Kamojang di Garut/Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Pemerintah sedang mendorong penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT). Pasalnya Indonesia sudah berkomitmen mencapai net zero emission (NZE) atau nol emisi karbon pada 2060.

Direktur Panas Bumi, Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Harris Yahya, mengatakan ada enam poin yang bisa mempercepat pengembangan EBT di Indonesia, yakni Rancangan Perpres tentang harga EBT, Penerapan Permen ESDM tentang PLTS Atap, Mandatori bahan bakar nabati (BBN), pemberian insentif fiskal dan nonfiskal, kemudahan perizinan usaha, dan mendorong permintaan ke arah energi listrik.

Sebanyak empat dari enam poin itu berada di wilayah pemerintah. Dua lainnya, yakni mandatori BBN ada di ranah produsen BBM, dan mendorong permintaan bergantung pada konsumen.

"Konsumen kita minta untuk menggunakan peralatan listrik seperti kendaraan listrik dan kompor listrik karena LPG pun masih kita impor sampai 70%. Harga LPG ini juga rentan jika ada gangguan suplai seperti sekarang ini," kata Harris, Senin (18/4/2022).

Tingginya harga minyak mentah akhir-akhir ini menunjukkan energi fosil sangat rentan terhadap krisis seperti perang di Ukraina. Terlebih jika yang terlibat krisis merupakan negara penghasil minyak atau gas. Kenaikan harga yang tinggi juga pernah terjadi ketika Iran dan Nigeria dilanda krisis domestik dan perang.

"Harga minyak mentah sudah di atas US$ 100 per barel, harga batu bara sempat di atas US$ 400 per ton Maret lalu. Padahal, tahun lalu rata-rata harga batu bara masih di bawah US$ 200," sebutnya.

Kata Harris, harga EBT sekarang memang masih tinggi. Oleh karenanya, pemerintah terus berupaya menurunkan harga agar bisa kompetitif dengan harga listrik dari energi fosil.

"Harga listrik batu bara murah, tapi emisinya juga tinggi. Indonesia memang belum memasukkan cost lingkungan pada harga listrik," jelas dia.

Dia yakin harga listrik EBT bisa kompetitif bila emisinya juga dihitung. Apalagi, jika semua kebijakan pemerintah sudah diterapkan dan memberikan efek yang signifikan pada harga listrik EBT.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT