China akan memangkas tarif impor untuk semua jenis batu bara menjadi nol pada 1 Mei 2022 hingga 31 Maret 2023. Kebijakan itu diambil untuk memastikan keamanan energi di tengah lonjakan harga dan adanya kekhawatiran gangguan pasokan.
Dikutip dari Reuters, Kamis (28/4/2022), para pejabat tinggi China termasuk Presiden Xi Jinping telah berulang kali membahas peran vital batu bara dalam bauran energi. Meski, berjanji secara bertahap mengurangi penggunaan batu bara.
Tarif batu bara antrasit dan kokas (coking coal) akan dipangkas menjadi 0% dari 3% saat ini. Kemudian, tarif untuk jenis batu bara lainnya juga akan diturunkan dari posisi saat ini 3-6%.
China selama ini mengimpor 323,33 juta ton batu bara pada 2021. Jumlah itu sekitar 8% dari total konsumsi batu baranya.
Penghapusan tarif impor ini diperkirakan memberikan dampak yang kecil pada pembelian batu bara 2022. Sebab, produksi batu bara domestik telah mencapai rekor dan biaya pengiriman lewat laut sudah melonjak ke level tertinggi dalam sejarah.
Beberapa trader mengatakan langkah ini memberikan keuntungan impor dari Rusia.
Batu bara termal Australia berjangka terkait dengan patokan harga Newcastle berada di level US$ 326 per ton, setelah menyentuh harga US$ 440 per ton awal Maret. Sementara, harga spot batu bara China 1.200 yuan atau sekitar US$ 181,61 per ton, dengan harga kontrak berjangka yang dibatasi pemerintah di 770 yuan.
"Pemotongan tarif tidak akan membuat perbedaan untuk impor batu bara Indonesia, karena tarif telah nol, dan tidak ada dampak pada batu bara Australia karena larangan impor," kata seorang trader batu bara yang berbasis di Beijing.
"Kalau begitu kita hanya bisa menebak bahwa itu akan menguntungkan impor batu bara dari Rusia, yaitu 6% untuk batu bara termal," tambahnya.
(acd/hns)