Harga BBM di AS Cetak Rekor Tertinggi, Biang Keroknya Bukan Cuma Rusia

Harga BBM di AS Cetak Rekor Tertinggi, Biang Keroknya Bukan Cuma Rusia

Aldiansyah Nurrahman - detikFinance
Kamis, 12 Mei 2022 11:24 WIB
Harga BBM di AS tengah mengalami lonjakan signifikan. Momen tersebut dimanfaatkan kubu opsisi, Partai Republik untuk menggaet jumlah anggota. Langsung di SPBU !
Harga BBM di AS tengah mengalami lonjakan signifikan/Foto: REUTERS/MIKE BLAKE

Perusahaan minyak AS tidak dapat memenuhi target nasional. Mereka juga enggan melanjutkan produksi minyak seperti sebelum pandemi di tengah kekhawatiran aturan lingkungan yang bisa memangkas permintaan pada masa depan.

"Pemerintahan Biden tiba-tiba tertarik untuk lebih banyak melakukan pengeboran, bukan lebih sedikit. Orang-orang lebih khawatir tentang harga minyak yang tinggi daripada yang lainnya," Robert McNally, Presiden perusahaan konsultan Rapidan Energy Group.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peningkatan produksi memerlukan waktu, terlebih ketika perusahaan minyak menghadapi tantangan sulitnya merekrut tenaga kerja yang tepat seperti yang terjadi di AS.

"Mereka tidak dapat menemukan orang, dan tidak dapat menemukan peralatan," tambah McNally.

ADVERTISEMENT

Stok minyak minim selama dua tahun terakhir, setidaknya sampai kenaikan harga baru-baru ini. Eksekutif perusahaan minyak lebih suka mencari cara untuk meningkatkan harga saham mereka daripada meningkatkan produksi.

"Perusahaan minyak dan gas tidak ingin mengebor lebih banyak. Mereka berada di bawah tekanan dari komunitas keuangan untuk membayar lebih banyak dividen, untuk melakukan lebih banyak pembelian kembali saham," kata seorang analis di Raymond James Pavel Molchanov.

Salah satu contoh paling nyata ExxonMobil (XOM) bulan lalu mengumumkan laba kuartal pertama sebesar US$ 8,8 miliar, lebih dari tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu.

ExxonMobil juga mengumumkan rencana pembelian kembali saham senilai US$ 30 miliar, jauh lebih besar dari US$ 21 miliar hingga US$ 24 miliar yang diharapkan untuk dibelanjakan pada semua investasi modal, termasuk mencari minyak baru.

Tidak hanya produksi minyak, kapasitas penyulingan AS juga turun. Saat ini, sekitar 1 juta barel lebih sedikit minyak per hari tersedia untuk diproses menjadi bensin, solar, bahan bakar jet, dan produk berbasis minyak bumi lainnya.

Aturan lingkungan negara bagian dan federal AS mendorong beberapa kilang untuk beralih dari minyak ke bahan bakar terbarukan yang lebih rendah karbon. Beberapa perusahaan menutup kilang yang lebih tua daripada menginvestasikan agar tetap beroperasi, terutama dengan rencana kilang baru yang besar akan dibuka di luar negeri di Asia, Timur Tengah, dan Afrika pada 2023.

Selain itu, harga solar dan bahan bakar jet naik jauh lebih tinggi daripada bensin menunjukkan bahwa penyulingan mengalihkan lebih banyak produksi mereka ke produk tersebut.

"Ekonomi mengamanatkan Anda membuat lebih banyak bahan bakar jet dan solar sehingga merugikan bensin," kata Kloza.


(ara/ara)

Hide Ads