RI Batal Ekspor Listrik, Bahlil Jelaskan Hal Ini ke Menteri Singapura

RI Batal Ekspor Listrik, Bahlil Jelaskan Hal Ini ke Menteri Singapura

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 31 Mei 2022 17:20 WIB
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia menyampaikan keterangan pers terkait pencabutan Izin Usaha Pertambangan (IUP), Hak Guna Usaha (HGU), dan Hak Guna Bangunan (HGB) terhadap sejumlah perusahaan di Kantor BKPM, Jakarta, Jumat (7/1/2022). Pemerintah pada Senin (10/1/2022) akan mencabut 2.078 izin usaha tambang batu bara yang sudah diberikan kepada para pengusaha karena para pelaku usaha tersebut tidak pernah memanfaatkan IUP serta tidak pernah menyampaikan rencana kerja kepada pemerintah pemerintah. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia/Foto: ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA
Jakarta -

Rencana ekspor listrik berbasis energi baru terbarukan tidak jadi dilakukan. Salah satu negara yang jadi sasaran ekspor adalah Singapura, beberapa perjanjian awal untuk ekspor listrik sebelumnya pernah dilakukan.

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menjelaskan alasan di balik kebijakan tersebut. Pemerintah melarang ekspor listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) demi kebutuhan dalam negeri.

Dia bilang listrik dari EBT bakal digunakan untuk kebutuhan dalam negeri. Hal itu pun menurutnya merupakan perintah langsung dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini dijelaskan Bahlil dalam pertemuan langsung dengan Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Gan Kim Yong yang didampingi oleh Duta Besar Singapura untuk Indonesia Anil Kumar Nayar di kantor Kementerian Investasi/BKPM.

"Terkait pelarangan ekspor listrik. Memang sekarang kita lagi fokus untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dan Bapak Presiden sedang mendorong untuk meningkatkan penggunaan EBT. Namun saya kira bisa dibicarakan, selagi kita mendapatkan win-win solution," jelas Bahlil dalam keterangannya, Selasa (31/5/2022).

ADVERTISEMENT

Bahlil menyampaikan pemerintah Indonesia saat ini fokus pada hilirisasi industri dan bagaimana memberikan nilai tambah bagi industri manufaktur, terutama untuk komoditas mineral.

Dia menyampaikan bahwa Indonesia telah berhasil menghentikan ekspor ore nikel yang telah diinisiasinya sejak 2020, disusul tahun ini untuk menghentikan ekspor bauksit dan timah pada 2023.

"Ini peluang bagi kita bersama dalam rangka hilirisasi. Belajar dari nikel, kita terlambat memulai sehingga dikalahkan oleh China. Tapi untuk bauksit dan timah, saya belum buka ke negara manapun. Kalau ini cocok, kita akan menjadi pemain dunia khususnya untuk timah," ungkap Bahlil.

Rencana ekspor listrik ke Singapura berlanjut ke halaman berikutnya.

Dalam catatan detikcom, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto pernah menyebutkan Singapura mempunyai rencana mengimpor lebih dari 4 gigawatt (GW) listrik, atau 30% dari penggunaan domestiknya hingga 2035.

"Terdapat peluang bahwa pemerintah Singapura mempunyai rencana mengimpor lebih dari 4 gigawatt listrik, atau 30% dari penggunaan domestiknya hingga 2035, yang bertujuan untuk mendiversifikasi pasokan energi, dan meningkatkan ketahanan energinya," katanya dikutip Senin (7/2/2022) lalu.

Bahkan, EMA Singapura telah merilis Request for Proposal (RFP)-1 pada 12 November 2021 yang mengundang perusahaan/konsorsium potensial untuk impor tenaga listrik hingga 1,2 GW mulai tahun 2027. Rencana Indonesia mengekspor listrik ke Singapura dari energi baru terbarukan (EBT) sudah dibahas oleh lintas kementerian, melibatkan PT PLN (Persero).

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Luar Negeri (Kemlu), dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sudah membahas rencana dan strategi terkait ekspor listrik ke Singapura, pada 14 Januari 2022.

Di sisi lain, Gan Kim Yong menyampaikan apresiasinya atas komitmen pemerintah Indonesia dalam mewujudkan hilirisasi industri.

"Terkait impor listrik, saya tahu Bapak Menteri memiliki resistensi terhadap impor listrik, namun kita bisa mencari win-win solution terhadap hal ini," kata Gan Kim Yong.

Yong mengungkapkan Singapura tetap tertarik menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi Indonesia, khususnya di sektor Kesehatan, ekonomi digital, dan ekonomi hijau dalam rangka mewujudkan industri yang berkelanjutan.

Menurut Yong, Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik setelah pandemi Covid-19 saat ini, meskipun saat ini terjadi ketidakpastian global atas adanya konflik Rusia-Ukraina.

"Ini adalah kunjungan pertama saya ke Indonesia. Saya yakin ekonomi Indonesia dapat pulih ke depannya. Saya harap Indonesia dan Singapura dapat bekerja sama ke depannya khususnya terkait dengan ekonomi maupun bidang lainnya," kata Gan Kim Yong.


Hide Ads