Menengok Tarif Listrik Negara ASEAN, Siapa Paling Mahal?

Menengok Tarif Listrik Negara ASEAN, Siapa Paling Mahal?

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Selasa, 14 Jun 2022 18:00 WIB
Warga memasukkan pulsa token listrik di salah satu indekos di kawasan Sunter Jaya, Jakarta, Senin (19/7/2021). Pemerintah memutuskan memperpanjang stimulus program ketenagalistrikan saat berlangsungnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat berupa diskon tarif tenaga listrik, pelaksanaan pembebasan biaya beban atau abonemen 50 persen serta pembebasan penerapan ketentuan rekening minimum 50 persen sampai dengan triwulan IV atau hingga Desember 2021. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.
Foto: ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT

3. Rahasia Malaysia Bisa Jual Listrik Murah

Harga komoditas telah mengalami peningkatan beberapa waktu belakangan ini. Ada berbagai macam sebab, di antaranya pandemi COVID-19 dan konflik Rusia-Ukraina.

Tingginya harga komoditas itu memberi dampak yang luas, termasuk tarif listrik. Namun, persoalan harga komoditas ini bisa diatasi Malaysia sehingga bisa menjual listrik tetap murah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari Daily Express, tekanan biaya pada pembangkitan dikelola dengan menggunakan sistem Imbalance Cost Pass Through (ICPT) yang ditinjau setiap enam bulan. Dengan sistem itu, jika terjadi kenaikan biaya bahan bakar dan pembangkitan, maka biaya tambahan yang dikenakan akan disalurkan kepada masyarakat.

Penyesuaian ICPT terbaru untuk periode dari 1 Februari hingga 30 Juni 2022. Dengan begitu, masyarakat Malaysia bisa menerima potongan harga 2 sen untuk setiap kWh yang digunakan. Sementara, biaya tambahan minimum sebesar 3,70 sen/kWh dikenakan ke pengguna industri dan komersial.

ADVERTISEMENT

Biaya tambahan ini dikenakan menyusul kenaikan biaya bahan bakar menjadi 1,67 miliar ringgit untuk periode Juli hingga Desember 2021. Sementara, harga rata-rata batu bara melonjak menjadi US$200/ton.

Untuk memastikan pengguna domestik terus menikmati potongan harga 2 sen untuk setiap kWh, pemerintah telah menggunakan dana sebesar 715 juta ringgit yang disediakan oleh Electricity Industry Fund.

Sistem semacam subsidi silang ini bekerja di mana sektor non domestik membayar tarif lebih tinggi untuk menutup biaya listrik konsumen domestik di bawah 300 kWh.

Sementara, menurut Komisi Energi, salah satu faktor rendahnya tarif listrik Malaysia ialah pemanfaatan energi campuran atau energi mix untuk menghasilkan listrik. Jika Singapura memanfaatkan gas alam yang harus impor, Malaysia memanfaatkan bauran energi seperti batu bara, gas alam, dan energi matahari.

"Keragaman campuran pembangkitan telah memungkinkan biaya pembangkitan listrik menjadi lebih stabil di Malaysia, sehingga memungkinkannya untuk mengenakan tarif dengan tarif yang wajar," bunyi laporan tersebut.

"Selain itu, tarif listrik Malaysia menggunakan unsur subsidi silang dari pengguna di kategori komersial dan industri ke pengguna domestik untuk tujuan pemerataan," tambahnya.



Simak Video "Sah! Tarif Listrik Naik, Dirut PLN: Kalau Pindah Daya, Ya Monggo"
[Gambas:Video 20detik]

(acd/ang)

Hide Ads