Rusia Ambil Alih Proyek Migas dari Shell

Rusia Ambil Alih Proyek Migas dari Shell

Ilyas Fadhillah - detikFinance
Senin, 04 Jul 2022 10:00 WIB
Logo Shell
Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Rusia mengambil alih proyek minyak dan gas Sakhalin-2 yang juga dimiliki Shell dan dua perusahaan asal Jepang. Shell menguasai sekitar 27,5% saham dalam proyek tersebut

Apa yang dilakukan Rusia memaksa Shell, Mitsui dan Mitsubishi meninggalkan investasi mereka. "Kami menyadari keputusan tersebut dan sedang menilai implikasinya," kata Shell, dikutip dari BBC, Senin (4/7/2022).

Rusia akan mengambil alih semua hak dan kewajiban Investasi dalam proyek Energi Sakhalin. Sebelumnya di bulan Februari, Shell mengatakan akan menjual investasinya di Rusia karena konflik di Ukraina. Investasi ini termasuk proyek unggulan Sakhalin-2 yang berada di timur Rusia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perkiraan di bulan April menunjukkan potensi kerugian sekitar Rp 59 triliun jika Shell meninggalkan Rusia. Shaklin-2 memasok sekitar 4% gas alam cair (LNG) dunia saat ini. 50% proyek tersebut dioperasikan oleh perusahaan migas milik Rusia, Gazprom.

Menurut dekrit terbaru, Gazprom akan mempertahankan sahamnya, sementara pemegang saham lainnya harus meminta saham kepada pemerintah Rusia. Pemerintah yang memutuskan apakah akan mengizinkan mereka untuk tetap memiliki saham.

ADVERTISEMENT

Shell telah berbincang dengan pembeli potensial untuk sahamnya di proyek tersebut, termasuk dari China dan India. Namun, Shell mengatakan bakal keluar dari Rusia.

Langkah politis yang dilakukan Rusia tampaknya akan berdampak besar kepada Jepang. Negeri Matahari Terbit ini sebelumnya telah banyak terlibat dalam sanksi terhadap Rusia.

Jepang sangat bergantung kepada impor gas alam cair. Proyek Sakhalin memenuhi sekitar 8% dari kebutuhan dalam negeri Jepang.

Langkah Rusia mengambil alih Sakhalin kemungkinan membuat Tokyo tidak senang. Namun, pejabat negara Jepang bersikeras jika hal tersebut tidak membuat impor migas langsung terhenti.

Tetapi bila pasokan dari Rusia terhenti, Jepang tentu harus mencari eksportir baru, meningkatkan persaingan untuk memperebutkan pasokan yang masih tersedia.




(zlf/zlf)

Hide Ads