Rincian Harga Asli Pertalite, Pertamax, dan LPG 3 Kg Kalau Tak Ada Subsidi

Rincian Harga Asli Pertalite, Pertamax, dan LPG 3 Kg Kalau Tak Ada Subsidi

Ilyas Fadhillah - detikFinance
Minggu, 10 Jul 2022 11:25 WIB
ilustrasi bbm spbu pertamina
Foto: Sylke Febrina Laucereno/detikcom
Jakarta -

Negara-negara dunia mengalami krisis energi akibat lonjakan minyak yang sangat tinggi. Terkait hal tersebut, Pertamina sebagai BUMN energi membuat perencanaan untuk menyeimbangkan aspek ketahanan energi nasional dan kondisi korporasi.

Pertamina tak hanya menjaga pasokan secara nasional, tetapi juga per wilayah hingga SPBU. Stok yang diperlukan untuk masing-masing wilayah berbeda untuk jenis produknya.

"Kita tidak menyamaratakan jumlah untuk seluruh daerah, tetapi disesuaikan, karena ada daerah yang solarnya tinggi, ada yang Pertalite-nya tinggi, ada juga Pertamax-nya. Ini kita coba lihat satu per satu dengan digitalisasi SPBU," ujar Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu (9/7/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tantangan berat di sektor hilir adalah harga keekonomian produk meningkat tajam. Bila dibandingkan dengan harga keekonomian, harga jual BBM dan LPG yang ditetapkan Pemerintah sangat jomplang.

Kemudian, Per Juli 2022, Solar CN-48 atau Biosolar (B30) dijual dengan harga Rp 5.150 per liter, padahal harga keekonomiannya mencapai Rp 18.150. Jadi untuk setiap liter Solar, Pemerintah membayar subsidi Rp 13 ribu.

ADVERTISEMENT

Sementara Pertalite, harga jualnya masih tetap Rp 7.650 per liter, sedangkan harga pasar saat ini adalah Rp 17.200. Sehingga untuk setiap liter Pertalite yang dibayar oleh masyarakat, Pemerintah mensubsidi Rp 9.550 per liternya.

Demikian juga untuk LPG PSO (LPG 3 kg), dimana sejak 2007 belum ada kenaikan, harganya masih Rp 4.250 per kilogram, dimana harga pasar Rp 15.698 per kg. Jadi subsidi dari pemerintah adalah 11.448 per kilogram.

Untuk Pertamax, Pertamina masih mematok harga Rp 12.500. Padahal untuk RON 92, kompetitor sudah menetapkan harga sekitar 17 ribu. Karena secara keekonomian harga pasar telah mencapai Rp 17.950.

Lanjut ke halaman berikutnya

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif sempat bicara harga BBM di Indonesia. Menurutnya dengan harga minyak dunia saat ini, seharusnya harga keekonomian BBM RON 92 atau Pertamax berada di atas Rp 30.000.

"Kita masih menahan dengan harga 12.500, karena kita juga pahami kalau Pertamax kita naikkan setinggi ini, maka shifting ke Pertalite akan terjadi, dan tentu akan menambah beban negara," kata Nicke.

Pemulihan ekonomi pasca pandemi, imbuh Nicke telah berdampak pada meningkatnya mobilitas masyarakat, sehingga tren penjualan BBM dan LPG ikut naik. Bila tren ini terus berlanjut, maka diprediksi Pertalite dan Solar akan melebihi kuota yang ditetapkan Pemerintah.

Oleh karena itu, Pemerintah sedang melakukan revisi dari Perpres No.191 tahun 2014, khususnya mengenai kriteria kendaraan yang berhak menggunakan BBM subsidi.

Menurut Nicke, Pertamina harus menjaga kuota BBM bersubsidi, agar tidak over kuota. Apalagi berdasarkan data Kementerian Keuangan, sebanyak 40 persen penduduk miskin dan rentan miskin hanya mengkonsumsi 20 persen BBM, tetapi 60 persen teratas mengkonsumsi 80 persen BBM Subsidi.

Pertamina harus memastikan bahwa BBM Subsidi dipergunakan oleh segmen masyarakat yang berhak dan kendaraan yang sesuai ketentuan. Terkait hal ini, mulai 1 Juli 2022, Pertamina membuka pendaftaran kendaraan bagi yang berhak mengkonsumsi BBM Bersubsidi.



Simak Video "Video: Harga BBM Berubah, Simak Daftar Jenis dan Harganya"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads