Raksasa Migas Norwegia Caplok Perusahaan Baterai AS

Raksasa Migas Norwegia Caplok Perusahaan Baterai AS

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Selasa, 12 Jul 2022 22:55 WIB
Ilustrasi sektor migas
Foto: Ilustrasi Migas (Fauzan Kamil/Infografis detikcom)

Lebih lanjut, IEA mengatakan investasi dalam penyimpanan baterai pun tumbuh hampir mencapai 40% pada tahun 2020, menyentuh angka US$ 5,5 miliar atau setara dengan Rp 82,4 triliun (kurs Rp 14,984.85).

Sebagai tambahan informasi, dulunya Equinor dikenal dengan nama Statoil. Pemegang saham utama Equinor adalah negara bagian Norwegia, yang memiliki 67% kepemilikan di perusahaan tersebut.

Rencananya untuk mengakuisisi East Point Energy merupakan terobosan terbaru perusahaan ke AS. Perusahaan ini sudah memiliki operasi minyak dan gas yang substansial di negara tersbeut dan sedang mengerjakan proyek energi dari angin lepas pantai skala besar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada tahun 2021 IEA mengatakan, seharusnya sudah tidak ada lagi investasi dalam proyek bahan bakar fosil baru, dan tidak ada investasi lebih lanjut untuk pembangkit listrik tenaga batu bara bara. Terlebih lagi, laporan terbaru dari Panel Antar pemerintah tentang Perubahan Iklim PBB juga mempertimbangkan bahan bakar fosil.

"Membatasi pemanasan global akan membutuhkan transisi besar di sektor energi," kata Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) dalam rilis berita yang menyertai publikasinya.

ADVERTISEMENT

"Ini akan melibatkan pengurangan substansial dalam penggunaan bahan bakar fosil, elektrifikasi yang meluas, peningkatan efisiensi energi, dan penggunaan bahan bakar alternatif (seperti hidrogen)," tambahnya.


(hns/hns)

Hide Ads