Eropa Beri Sinyal Krisis Gas-Listrik Makin Nyata

Eropa Beri Sinyal Krisis Gas-Listrik Makin Nyata

Aulia Damayanti - detikFinance
Selasa, 19 Jul 2022 08:09 WIB
Pemadaman listrik masih terjadi di Venezuela. Warga pun harus mengantre dan berebut untuk mengisi daya baterai ponsel mereka.
Ilustrasi Krisis Listrik (Foto: Reuters)
Jakarta -

Pemerintah di Eropa telah memberi sinyal bahwa kawasan itu akan menghadapi krisis gas akhir pekan ini. Hal itu terjadi karena permintaan gas untuk kebutuhan listrik di kawasan itu sangat tinggi.

Belum lagi pasokan gas dari Rusia yang terancam tak lagi mengalir ke Eropa karena ada sanksi yang diberikan kepada Rusia. Padahal awalnya pipa Nord Stream 1 arteri dari Rusia yang menghubungkan gas Rusia ke Eropa akan dibuka kembali setelah 10 hari.

Sebagai informasi, pipa tersebut mengirimkan 55 miliar meter kubik gas per tahun ke Eropa, atau sekitar 40% dari total impor pipanya dari Rusia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, kekhawatiran pasokan gas mandek karena Rusia dikhawatirkan mematikan keran ekspor gas sebagai pembalasan atas sanksi yang telah dijatuhkan Uni Eropa sejak invasi Rusia ke Ukraina.

Sejumlah negara di Eropa pun juga telah memberikan sinyal akan krisis gas. Misalnya saja Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck mengatakan bahwa negara itu harus bersiap menghadapi hal terburuk soal pasokan gas.

ADVERTISEMENT

"Kita harus bersiap pada hal terburuk, apa pun bisa terjadi. Bisa jadi gas mengalir lagi, bahkan lebih banyak dari sebelumnya. Bisa jadi tidak ada yang keluar sama sekali," kata Habeck, dikutip dari CNN, Selasa (19/7/2022).

Jerman sendiri ekonomi terbesar di Eropa menyatakan krisis gas setelah Gazprom, perusahaan gas negara Rusia, memangkas ekspor sebesar 60%.

Peningkatan permintaan gas untuk aliran listrik ini semakin tinggi karena udara di Eropa meningkat. Jadi tak heran kebutuhan listrik untuk menyalakan unit pendingin udara pun meningkat.

Enagas, operator sistem transmisi gas Spanyol, mengatakan bahwa permintaan gas alam untuk menghasilkan listrik mencapai rekor baru 800 gigawatt jam.

"Peningkatan besar permintaan gas alam untuk produksi listrik ini terutama disebabkan oleh suhu tinggi yang tercatat akibat gelombang panas," kata Enagas dalam keterangan pers Kamis lalu.

(dna/dna)

Hide Ads