5 Kali Jokowi Sebut Beratnya Subsidi Rp 502 T, Tanda Harga BBM Bakal Naik?

5 Kali Jokowi Sebut Beratnya Subsidi Rp 502 T, Tanda Harga BBM Bakal Naik?

Ilyas Fadilah - detikFinance
Sabtu, 13 Agu 2022 08:00 WIB
Presiden Jokowi dalam ratas 22 November 2021.
5 Kali Jokowi Sebut Beratnya Subsidi Rp 502 T, Tanda Harga BBM Bakal Naik?/Foto: (screecshot YouTube Setpres)
Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menyinggung beban subsidi pemerintah yang mencapai Rp 502 triliun. Subsidi itu digunakan untuk menahan harga Pertalite, Pertamax, LPG, hingga tarif listrik.

Pernyataan ini disampaikan Jokowi dalam pertemuan dengan sejumlah pemimpin lembaga tinggi negara di Istana Negara, Jakarta Pusat. Berdasarkan catatan detikcom, ini adalah kali kelima Jokowi berbicara tentang tingginya beban subsidi.

Pertama pada 11 Juni 2022, Jokowi mengatakan tingginya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk subsidi BBM dalam acara silaturahmi dengan Relawan Tim 7 di E-Convention Ancol. Meski berat, pemerintah perlu memberi subsidi karena rakyat belum pulih dari dampak pandemi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tetapi memang yang berat itu APBN. APBN menjadi berat karena subsidinya sekarang untuk BBM, Pertalite, solar, LPG, subsidinya menjadi Rp 502 triliun, gede sekali. Nggak ada negara yang seberani kita melakukan ini subsidi segede ini," katanya, Sabtu (11/6) lalu.

Kedua, Jokowi mengakui beratnya dana yang dikeluarkan untuk subsidi sektor energi pada saat Rapat Kerja PDI Perjuangan pada 21 Juni 2022. Saat itu, Jokowi menyebut bahwa jumlah subsidi energi yang besar itu bisa membangun satu Ibu Kota Negara (IKN) baru.

ADVERTISEMENT

"Bisa dipakai untuk membangun ibu kota satu karena angkanya sudah Rp 502 triliun. Ini semua yang kita harus ngerti, sampai kapan kita bisa bertahan dengan subsidi sebesar ini. Kalau kita nggak ngerti angka, kita nggak bisa merasakan betapa sangat beratnya persoalan saat ini," katanya, Selasa (21/6).

Ketiga, Jokowi mengatakan tak ada negara yang kuat menanggung tingginya subsidi untuk sektor energi yang besarnya Rp 502 triliun. Namun, Indonesia yang sampai saat ini kuat menanggung beban itu.

Hal itu disampaikan Jokowi acara Zikir dan Doa Kebangsaan 77 Tahun Indonesia Merdeka, Senin 1 Agustus 2022. Kondisi ini menurut dia menyulitkan semua negara seperti harga bahan bakar minyak (BBM) yang mahal dan sulit.

"Kita patut bersyukur alhamdulillah kalau bensin di negara lain harganya sudah Rp 31 ribu, Rp 32 ribu di Indonesia Pertalite harganya masih Rp 7.650 tapi perlu kita ingat subsidi terhadap BBM sudah terlalu besar, sekarang sudah Rp 502 triliun," kata Jokowi.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Keempat, disampaikan pada saat acara Silaturahmi Nasional dan HUT ke-19 Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat, Jumat 5 Agustus 2022. Jokowi menegaskan anggaran subsidi BBM saat ini mencapai Rp 502 triliun. Menurutnya tidak ada negara di dunia yang berani menggelontorkan dana subsidi sebesar itu.

Menurut Jokowi pemerintah rela menggelontorkan dana subsidi BBM sebesar itu demi menahan laju inflasi. Sebab jika harga BBM subsidi naik akan langsung mempengaruhi harga barang-barang lainnya.

"Begitu harga bensin naik, harga barang otomatis melompat bersama-sama. Oleh sebab itu pemerintah mengeluarkan anggaran subsidi yang tidak kecil Rp 502 triliun yang tidak ada negara berani memberikan subsidi sebesar yang dilakukan Indonesia," tutur Jokowi.

Kelima, Jokowi menyinggung lagi soal tingginya subsidi yang mencapai Rp 502 triliun dalam pertemuannya dengan sejumlah pejabat tinggi negara di Istana Negara, Jakarta pada Jumat, 12 Agustus 2022.

"Kita harus menahan harga Pertalite, gas, listrik, termasuk Pertamax, gede sekali. Tapi apakah angka Rp 502 triliun terus kuat kita pertahankan?," kata Jokowi di Istana Negara, Jumat (8/12/2022).

Terkait hal ini Jokowi tidak dapat memastikan apakah pemerintah mampu menahan harga-harga lewat subsidi atau tidak. "Kalau bisa Alhamdulillah, artinya rakyat tidak terbebani. Tapi kalau APBN tidak kuat bagaimana?" imbuhnya.

Menurutnya harga BBM di negara lain sudah menyentuh angka Rp 17-18 ribu per liter. Terjadi kenaikan sebesar dua kali lipat mengikuti harga keekonomiannya.


Hide Ads