Jokowi ke Menteri soal Kenaikan Harga BBM: Hitung Betul Sebelum Diputuskan!

Jokowi ke Menteri soal Kenaikan Harga BBM: Hitung Betul Sebelum Diputuskan!

Ilyas Fadilah - detikFinance
Selasa, 23 Agu 2022 12:24 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) geram karena APBN hingga APBD terus-terusan dipakai untuk beli barang-barang impor. Jokowi pun mewajibkan uang-uang rakyat itu harus dipakai untuk membeli produk-produk dalam negeri.
Foto: Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden
Jakarta -

Sinyal kenaikan harga BBM berkali-kali dikeluarkan oleh pejabat negara. Hal ini menanggapi tingginya beban subsidi energi yang mencapai Rp 502 triliun.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut pemerintah sedang membahas kenaikan harga BBM jenis Pertalite. Pembahasan kenaikan harga Pertalite intens dilakukan di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang dipimpin Airlangga Hartarto.

Kemudian, Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengajak masyarakat untuk siap-siap akan potensi kenaikan harga BBM. Menurutnya subsidi energi terlalu membebani APBN dan tidak sehat untuk keuangan negara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) bakal mengumumkan kenaikan harga BBM minggu depan. Menanggapi hal ini, Jokowi meminta para Menterinya untuk memperhitungkan dampak kenaikan BBM sebelum diumumkan.

"Semuanya suruh saya ngitung betul, ngitung betul sebelum diputuskan," kata Jokowi di Taman Mini Indonesia Indah, Selasa (23/8/2022).

ADVERTISEMENT

Jokowi mengatakan, kenaikan harga BBM menyangkut hajat hidup orang banyak. Artinya pemerintah perlu berhati-hati dalam mengambil keputusan.

"Ini menyangkut hajat hidup orang banyak. Jadi semuanya harus diputuskan secara hati-hati," katanya menambahkan.

Apalagi kenaikan harga BBM akan berdampak luas ke masyarakat. Misalnya, menurunkan daya beli, menurunkan konsumsi, menurunkan pertumbuhan ekonomi hingga menyebabkan inflasi.

"Dikalkulasikan dampaknya, jangan sampai dampaknya menurunkan daya beli rakyat, menurunkan konsumsi rumah tangga, kemudian juga nanti yang habis itu menaikkan inflasi yang tinggi, kemudian menurunkan pertumbuhan ekonomi," imbuhnya.




(das/das)

Hide Ads