Adu Murah sama LPG
Menteri ESDM Arifin Tasrif pun pernah membandingkan kedua jenis produk energi tersebut, apa hasilnya? Menurut Arifin DME lebih hemat ketimbang LPG. Alasannya, pembakaran DME lebih efisien daripada LPG, sehingga lebih sedikit sisa-sisa fraksi karbon yang terbuang.
"Mengenai efisiensi DME dengan LPG, efisiensi pembakaran DME lebih baik daripada LPG. Dalam percobaan yang dilakukan, fraksi karbon beratnya LPG masih tertinggal di botol, kalau DME bisa dimaksimalkan," kata Arifin dalam rapat kerja bersama Komisi VII DPR, Kamis (17/2/2022) yang lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari sisi proses produksinya pun menurut Arifin, DME lebih mudah dan murah. Pasalnya, proses produksi DME dilakukan langsung di tambang tak perlu ada ongkos angkut batu bara ke tempat lain.
"Ini dilakukan di lokasi mulut tambang. Tak perlu angkut sejumlah sekian juta ton, jadi yang disiapkan berupa produk processing aja," terang Arifin.
DME juga digadang-gadang dapat menekan devisa impor. Pasalnya, bahan baku DME yang berupa batu bara jumlahnya sangat banyak di Indonesia. Menjalankan produksi DME bagaikan memanfaatkan kekayaan alam untuk kepentingan masyarakat luas.
"Benefit yang bisa didapatkan juga adalah kita bisa memanfaatkan sumber daya alam kita, bisa hemat juga devisa impor," jelas Arifin
Menurutnya, pemerintah punya 2 opsi pengganti LPG, yaitu elektrifikasi kompor atau DME. Menurutnya, DME lebih cocok menggantikan LPG secara keekonomiannya.
"Kita hitung keekonomian dan sudah disepakati harga keekonomian yang compete harga LPG," tutur Arifin.
Saksikan juga Sosok minggu ini, Tasawuf Underground, Syiar Islam untuk Punkers
(hal/ara)