Kondisi Ekonomi Tahun Depan Masih Dibayangi Awan Gelap

Kondisi Ekonomi Tahun Depan Masih Dibayangi Awan Gelap

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 31 Agu 2022 22:03 WIB
Sempat viral langit Jakarta kian membiru, namun hari ini, Sabtu (12/5) awan mendung terlihat menyelimuti Ibu Kota.
Ilustrasi/Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Nilai tukar Rupiah diprediksi bakal melemah sangat dalam tahun depan. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan nilai tukar rupiah bisa tembus Rp 15.200 per dolar Amerika Serikat (AS).

Tren kenaikan suku bunga tinggi hingga ancaman modal keluar dari negara berkembang jadi faktor penguatan dolar AS terhadap rupiah. 'Awan gelap' ini mengancam ekonomi Indonesia.

Untuk tahun ini nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi bertengger di level Rl 14.500-14.900. Sementara itu, pada 2023 nilai tukar diprediksi berada di Rp 14.800-15.200 per dolar AS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang jadi faktor negatifnya adalah tentu saja kenaikan suku bunga tinggi baik Fed Fund Rate maupun US Treasury sehingga capital outflow risikonya masih tinggi, sehingga keseluruhan 2022 kami perkirakan nilai tukar Rp 14.500-14.900," papar Perry dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (31/8/2022).

"Di 2023 nilai tukar berada di Rp 14.800-15.200," terang Perry

ADVERTISEMENT

Perry menilai memang kondisi global saat ini tidak menentu. Pihaknya berjanji akan melakukan komitmen untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, pengendalian inflasi, dan jaga kestabilan makro ekonomi.

Di sisi lain, Perry masih yakin ada sentimen positif yang akan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Hal itu berkaitan dengan neraca pembayaran yang masih cukup baik.

"Tahun depan ada faktor positif yang bisa jaga stabilitas nilai tukar. Tentu saja berkaitan dengan kondisi neraca pembayaran yang cukup baik. Kemudian persepsi positif kepada Indonesia yang baik," ungkap Perry.

Bagaimana dengan inflasi? Klik halaman berikutnya

Perry mengatakan tingkat inflasi di Indonesia akan berada di level yang lebih tinggi dari batas perkiraan pemerintah.

Perry menyatakan inflasi hingga akhir tahun ini bisa mencapai level mendekati 5%. Sementara itu, sejauh ini batas inflasi yang ditentukan pemerintah berada di level 4%. Kemudian, untuk tahun depan inflasi juga diprediksi meningkat jauh dari batas yang ditentukan.

"Secara keseluruhan memang kami perkirakan inflasi tahun ini kemungkinan besar akan lebih tinggi dari batas atas 4%. Bisa mendekati sekitar 5% akhir tahun ini," sebut Perry.

"Sementara untuk tahun depan juga ada risiko untuk melebihi batas atas dari sasaran, yaitu di atas 4%," lanjutnya.

Level inflasi terakhir pada Juli 2022 mencapai 4,9%. Kenaikan tingkat inflasi didorong oleh kenaikan harga barang-barang kelompok volatile food sebesar 11,47%.

Perry menilai tingkat inflasi akan banyak dipengaruhi oleh bagaimana kebijakan fiskal dilakukan oleh pemerintah. Salah satunya berkaitan dengan penyediaan subsidi untuk berbagai hal. Pemerintah sendiri sudah mulai melakukan pengendalian harga pangan lewat Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP-TPID).

"Dalam Rakornas TPIP-TPID, pak presiden instruksikan pengendalian pangan ini kerja sama dengan daerah. Mulai dari operasi pasar, bahkan gunakan anggaran darurat pemda untuk kendalikan inflasi," papar Perry.

Kondisi ekonomi tahun depan masih kurang menyenangkan. Klik halaman berikutnya

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan ekonomi akan lesu pada 2023. Pertumbuhan ekonomi global diprediksi turun tahun depan.

Menurutnya ada tendensi revisi pertumbuhan ekonomi dari berbagai lembaga internasional. Hal ini terjadi karena tren kenaikan suku bunga bank sentral negara-negara maju. Tren itu berpotensi membuat pertumbuhan ekonomi melambat.

"Di 2023 ada tendensi revisi (pertumbuhan ekonomi) ke bawah terhadap proyeksi ekonomi. Ini karena hawkish atau tone dari bank sentral negara maju yang akan terus menarik suku bunga di 2023 diperkirakan akan memukul pertumbuhan ekonomi," ungkap Sri Mulyani dalam rapat yang sama.

Sri Mulyani menyebut hal ini bisa berdampak pada kinerja ekspor di Indonesia. Kenaikan kinerja ekspor pun dinilai tak mampu menahan rentetan dampak buruk yang disebut Sri Mulyani.

"Ini berpotensi mengenai Indonesia dari sisi ekspornya. Dari ekspor tumbuh 30% mungkin bukan jadi baseline yang terus menerus terjadi," kata Sri Mulyani.

Hingga akhir tahun ini pertumbuhan ekonomi diprediksi masih stabil di level 5,2%. Sementara pada kuartal III-2022 diprediksi berada di atas 5%.

"Q3 masih akan tinggi karena tahun lalu baseline-nya rendah. Q3 masih di atas 5%. Akan dijaga sampai akhir tahun," sebut Sri Mulyani.

Untuk tahun depan pertumbuhan ekonomi diproyeksi di level 5,3%. "Relatively sama dengan berbagai lembaga internasional dan analis market," pungkasnya


Hide Ads