Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang memanfaatkan batu bara rencananya akan dipensiunkan. Namun, rencana itu bukan tanpa tantangan.
"Kita tidak punya rencana passing out of coal, tidak, yang kita punya itu passing down atau early retirement untuk coal fire power plant," kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana seperti dikutip dari Youtube Kementerian ESDM, Jumat (2/9/2022).
Dia menjelaskan, pembangkit itu sudah berjalan dan operasi. Menurutnya, yang menjadi tantangan adalah jangan sampai upaya ini menimbulkan kerugian komersial baik pada PLN maupun pembangkit swasta atau Independent Power Producer (IPP).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tantangannya bagaimana, IPP atau pemilik PLTU tersebut, termasuk yang PLN tidak mendapat kerugian secara komersial. Kan intinya kita ingin mematikan lebih cepat," ujarnya.
"Kan hitungan komersialnya misalkan di 2050 tapi ini harus kita percepat menjadi 2040, tidak boleh nanti dari sisi ekonominya berubah terhadap apa yang sudah disepakati di awal," sambungnya.
Lanjutnya, dalam pengoperasian pembangkit telah dihitung potensi pendapatan. Maka itu, perlu sumber pembiayaan yang ketika dikombinasikan membuat biaya dana menjadi lebih murah.
"Tantangannya adalah karena harus lebih cepat tentunya harus mendapatkan dana sumber baik dari dana-dana dari capital market, maupun dari filantropis termasuk juga bilateral termasuk yang grants untuk hal-hal tersebut. Ini dikombinasikan sehingga nanti ada dari sisi cost of fund-nya menjadi lebih murah ini yang dimanfaatkan menjadi lebih cepat," paparnya.