Mendengar pertanyaan itu, Nicke langsung tersenyum. Kemudian Nicke menjawab bahwa pihaknya memiliki strategi dengan cara subsidi silang.
"Ini kan namanya jualan kita maintain bottom line, ada subsidi silang kita lakukan dan sebagainya. Itu lah BUMN-itulah BUMN yang membedakan karena kan ikut membantu daya beli masyarakat," ujarnya sambil tertawa kecil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian anggota Komisi VI DPR RI lainnya bertanya, apakah Pertamax mendapatkan kompensasi juga. "Pertamax itu dapat kompensasi juga kan, Bu?" ujar salah satu anggota.
Nicke menjawab bahwa selisih Pertamax sampai saat ini ditanggung sendiri oleh Pertamina. "Nggak ada, Itu beban Pertamina," lanjutnya.
Anggota Komisi VI lainnya juga menegaskan pertanyaan bahwa Pertamina telah menjual Pertamax rugi. "Jadi jual rugi dong ya,?" tanya kepada Nicke.
"Disampaikan tadi, secara bottom line, secara produk iya rugi. Tetapi yang kita jaga di bottom line jangan sampai bottom line-nya rugi," jawab Nicke.
Lebih lanjut, Nusron Wahid menyampaikan keheranannya mengapa Pertamina sampai mau rugi dan berkorban. "Nilai strateginya sampai mau rugi," ujar Nusron.
"BUMN, Pak," jawab Nicke.
"Ya BUMN-BUMN, ko mau berkorban?"
Nicke pun menjawab bahwa Pertamina menjalankan bisnis dari hulu ke hilir. Pada saat harga minyak naik, maka perusahaan mendapatkan keuntungan dari bisnis hulu. Nah keuntungan di hulu itu yang dijadikan Pertamina untuk subsidi silang menutupi kerugian dari penjualan produk yang rugi.
"Pertamina ini kan hulu ke hilir, pada saat harga minyak naik maka kita dapat windfall dari keuntungan di hulu, kita dapat beban di hilir. Inilah yang kemudian terjadi subsidi silang yang akhirnya di tahun lalu kita masih membukukan keuntungan," jelasnya.
"Jadi itu di situ, kaya kita dagang dengan beberapa produk subsidi silang dan itu kita coba sedemikian rupa," pungkasnya.
(ada/ara)