Sementara itu Salim, pedagang minuman keliling di kawasan Casablanca mengatakan, kondisi ini bisa jadi mempengaruhi tingkat mobilitas masyarakat hingga jumlah pembelinya pun berkurang.
"Biasanya di sini panjang ojol berjejer yang beli. Ojol pada istirahat. Semenjak BBM naik jadi lebih sepi," kata Salim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, Salim tidak tega menaikkan harga jualannya ini mengingat kondisi para pelanggannya yang juga kesulitan dengan kondisi perekonomian saat ini.
"Sebetulnya BBM naik nyesek banget," ungkap Salim.
"Tapi ya mau bagaimana lagi. Kalau ojol kaya gini kan pendapatannya juga nggak ikut naik, jadi kalau jualan saya dinaikin harganya ya kasian mereka," tambahnya.
Hasan, pedagang minuman keliling, juga menghadapi kondisi yang sama. Ia tidak tega apabila menaikkan harga produk jualannya, sedangkan para pelanggannya ini mayoritasnya adalah driver ojek online (ojol).
"Yang beli kebanyakan kan pelanggan. Kasian, mereka kan juga pendapatannya nggak ikut naik," ungkap Hasan.
Di sisi lain, kondisi sulit juga harus dihadapi Hasan lantaran jumlah pembelinya menurun hingga 20%.
"Mungkin sekarang pada ngirit-ngirit keuangan. Jajan susah, apa-apa naik," ungkap Hasan.
Oleh karena itu, dari yang biasanya bisa peroleh Rp 500 ribu, kini setiap harinya pendapatannya hanya mencapai Rp 300 ribu, itupun belum dikurangi modal.
(dna/dna)