4 Fakta Kritik Rizal Ramli, Datanya Perlu Diuji

4 Fakta Kritik Rizal Ramli, Datanya Perlu Diuji

Aulia Damayanti - detikFinance
Senin, 19 Sep 2022 20:30 WIB
Rizal Ramli
Foto: dok. tangkapan layar
Jakarta -

Ekonom senior Rizal Ramli mengkritik kebijakan dari pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ia mengkritik berkaitan dengan kebijakan BBM subsidi sampai menyebut pemerintah Jokowi terkait utang pinjaman online (pinjol).

Berikut fakta-faktanya:

- Tuding Pemerintah Jokowi Terikat Pinjol

Rizal Ramli mengaku kelas dengan pejabat-pejabat yang mengungkap bahwa subsidi untuk BBM Pertalite bagaikan membakar uang negara. Menurutnya, yang semestinya disebut membakar uang negara adalah pejabat negara yang mengambil utang dari negara lain dengan bunga yang tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pembakar uang paling besar itu pejabat yang ngutang jor-jor-an dengan bunga ketinggian (yield 2% di atas negara-negara yang ratingnya lebih rendah dari Indonesia). Sehingga tahun depan, Indonesia harus bayar bunga utang saja Rp 441 trilliun dengan cara ngutang lagi," ungkapnya, dalam keterangan tertulis, Senin (19/9/2022).

Karena harus membayar bunga yang besar, menurut dia hal itu menjadikan pemerintahan Jokowi seperti terikat pinjaman online (pinjol). Seperti diketahui, mengutang di pinjol, bunga yang dikenakan biasanya lebih tinggi dari bank.

ADVERTISEMENT

"Pemerintah @jokowi sudah terikat pinjol. Itu yg harus dikurangi, dgn negosiasi utang, bukan bikin susah 240 juta rakyat Indonesia!" tegasnya.

- Kritik Rizal Ramli Soal Data Kebijakan BBM

Ia juga mengkritik keterangan sejumlah menteri Jokowi yang mengungkap bahwa BBM subsidi banyak digunakan oleh masyarakat kalangan mampu atau orang kaya.

Menurutnya sebanyak 120 juta pengguna motor menggunakan Pertalite untuk bekerja dan mengantarkan anggota keluarganya. Rizal menambahkan bahwa ratusan motor juga dengan pengguna kelas menengah ke bawahlah yang mengonsumsi Pertalie.

"Mohon maaf mayoritas yang pakai Pertalite itu 120 juta pengendara sepeda motor, yang menggunakan motornya untuk bekerja dan anter istri & anak. Rata-rata 240 juta orang naik motor, itulah golongan menengah bawah," ungkapnya, dalam keterangan tertulis, Senin (19/9/2022).

"Bukan orang kaya, bukan bakar-bakar BBM seperti pemilik motor moge. Sisanya 35 juta orang barulah lumayan, menengah atas yg pakai Pertamax dan Solar," lanjutnya.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

- Uji Data Rizal Ramli dalam Kritik ke Jokowi

Namun demikian, Direktur Executive Energy Watch, Mamit Setiawan mengatakan bahwa mengutip dari data Korlantas Polri, jumlah total sepeda motor di Indonesia tidak sampai 120 juta. Kemudian dari total itupun, tidak semua sepeda motor menggunakan BBM Pertalite.

"Dari 120 juta (total di Indonesia) itu kan ada motor yang mewah, motor besar, motor yang memang kategori 250 cc atau 150 cc mereka bisa menggunakan Pertamax. Jadi saya kira tidak semua 120 itu menggunakan Pertalite. Pasti ada menggunakan Pertamax atau BBM di atasnya," katanya kepada detikcom.

Merujuk pada keterangan Rizal Ramli yang mengatakan 120 juta sepeda motor menggunakan Pertalite dan 35 juta lagi menggunakan Pertamax. Artinya jumlah motor yang disebutkan sebanyak 155 juta.

"Jadi agak membingungkan, karena jumlah total sepeda motor di Indonesia hanya 120 juta atau bahkan kurang dari 120 juta. Jadi itu tidak semua menggunakan Pertalite, pasti juga ada yang masyarakat mampu," ungkapnya.

Untuk data jumlah motor di Indonesia. Mengutip dari detikoto yang melansir dari data Korlantas Polri, jumlah motor di Indonesia 120.254.398. Data ini berdasarkan pemberitaan pada 5 September 2022.

- Pengguna Pertalite

Berkaitan total pengguna BBM Pertalite dari kendaraan. Mamit menggunakan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), yang mencatat bahwa dari total pengguna Pertalite, hanya 30% adalah roda dua dan 70% adalah kendaraan roda empat.

"Untuk roda dua, 97,8% adalah sepeda motor pribadi. Sisanya, 2,2% adalah ojek atau ojek online," tutur Mamit.

"Namun, kalau bicara tidak semuanya pengguna motor adalah masyarakat mampu. Saya setuju. Tidak semua," jelasnya.

Hanya saja, berdasarkan data Susenas, 29% pengguna Pertalite adalah masyarakat berpenghasilan tinggi. Persentase itu, termasuk pengguna Pertalite baik mobil maupun motor.

"Jadi itu besar sekali. Apa itu ada mobil-mobil mewah, motor-motor. Jadi memang subsidi ini Pertalite ini tidak tepat sasaran menurut saya," tutupnya.


Hide Ads