AS Ngambek, Arab Saudi Diam-diam Makin Mesra dengan China

AS Ngambek, Arab Saudi Diam-diam Makin Mesra dengan China

Angga Aliya ZRF - detikFinance
Selasa, 18 Okt 2022 10:41 WIB
BEIJING, CHINA - MARCH 16:  Chinese President Xi Jinping (R) invites Saudi Arabias King Salman bin Abdulaziz Al Saud (L) to view an honour guard during a welcoming ceremony inside the Great Hall of the People on March 16, 2017 in Beijing, China. At the invitation of President Xi Jinping, King Salman Bin Abdul-Aaziz Al-Saud of the Kingdom of Saudi Arabia will pay a state visit to China from March 15 to 18, 2017.  (Photo by Lintao Zhang/Getty Images)
Foto: Getty Images/Lintao Zhang
Jakarta -

Selama puluhan tahun Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi punya hubungan yang mesra. Bahkan saking mesranya, BUMN Arab Saudi penghasil minyak saja diberi nama Aramco alias Arabian American Oil Company. So sweet.

Namanya juga hubungan, sedikit-banyak pasti ada cekcoknya. Ingat tahun 1970 dulu waktu harga bensin di AS melonjak gara-gara embargo minyak dari Arab Saudi? Itu salah satunya.

Tapi karena basis hubungan kerja samanya sudah erat, maka AS-Saudi sampai sekarang masih melangsungkan hubungan di berbagai sektor selain minyak, seperti jual beli senjata contohnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah mengalami jatuh-bangun bersama-sama, sepertinya sekarang bakal ada perubahan besar-besaran dalam hubungan keduanya. AS sendiri sempat mengalahkan produksi minyak Saudi ditambah lagi cadangan gas AS juga melonjak setelah produksi digenjot.

Setelah semua itu, tiba-tiba Negeri Paman Sam sekarang mulai banyak menggelar proyek energi bersih. Ini akan memberi pengaruh sangat besar kepada alasan utama dua negeri itu bekerja sama di masa lalu.

ADVERTISEMENT

Ditambah lagi para pejabat di Riyadh sepakat untuk mengurangi produksi minyak dunia, langkah yang membuat Gedung Putih kalang kabut. Ketika hubungan keduanya merenggang, China diam-diam ternyata PDKT secara rutin, tidak hanya dengan Saudi tapi juga dengan negara-negara Arab setempat.

Ketika Presiden AS Joe Biden membicarakan konflik antara autokrasi dan demokrasi dalam hubungan sebuah negara, China bisa bebas melenggang karena tidak terikat ideologi dalam berbisnis.

Contohnya, Pemerintah China banyak berinvestasi untuk energi baru dan terbarukan, tapi di sisi lain tidak ada kebijakan untuk benar-benar meninggalkan energi fosil. China masih membiayai proyek-proyek pembangkit listrik batu bara di seluruh dunia.

China menjadi mitra dagang Arab Saudi terbesar, seperti kebanyakan negara lain di dunia termasuk Indonesia. Apalagi mimpi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) membangun proyek Vision 2030 ternyata sejalan dengan rencana Presiden China Xi Jinping membangun jalur sutra modern.

Lihat juga video 'Kantor Wali Kota di Donetsk Hancur Dihantam Roket AS':

[Gambas:Video 20detik]



Apa saja proyek-proyek raksasa China di Timur Tengah? Lihat di halaman selanjutnya.

China sudah jadi pemain utama di proyek-proyek besar Timur Tengah, seperti di proyek kereta cepat Jeddah-Madinah juga di Ras Al-Khair Maritime Complex.

Jumlah kerja sama antara China dan Saudi mencapai US$ 65 miliar (Rp 975 triliun) di 2020. Bandingkan dengan AS-Saudi yang hanya US$ 20 miliar (Rp 300 triliun) menurut data Mercator Institute for China Studies dari Jerman.

"MBS secara konsisten memperlihatkan bahwa kehadirannya dalam hubungan bisnis itu murni untuk transaksi, mirip seperti China dan Rusia. Masalahnya, cara seperti itu tidak disukai oleh Washington di hubungan luar negeri," kata Direktur Atlantic Council Jonathan Panikoff dikutip Bloomberg, Selasa (18/10/2022).

China juga berinvestasi di banyak pelabuhan di sepanjang rute kapal antara negaranya dan Timur Tengah demi mengamankan transaksi perdagangan, termasuk juga rute ke Pakistan.

"Para elit politik dan pengusaha Arab Saudi melihat China sebagai calon adidaya yang di masa depan membutuhkan banyak energi yang bisa dipasok Saudi, ini hubungan sangat penting yang harus dijaga," kata Pengamat Politik dan Ekonomi dari Mercator Institute Naser Al-Tamimi.

(ang/dna)

Hide Ads