RI Mau Turunkan Emisi Karbon, Ini Tantangannya

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Jumat, 21 Okt 2022 08:28 WIB
Foto: Dok: Kadin
Jakarta -

Indonesia memiliki tekad untuk menurunkan emisi karbon atau dekarbonisasi demi lingkungan yang sehat. Agenda net zero emission yang akan dicapai ini tak mudah. Ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi.

Ketua Kadin Net Zero Hub, Muhammad Yusrizki menilai, salah satu sektor yang menyumbang emisi karbon terbesar adalah sektor industri. Dia mengatakan, dekarbonisasi industri sangat penting dilakukan untuk mencapai target net zero emission.

Pada acara "Cut The Tosh Collaboration Summit" di Jakarta, Yusrizki memaparkan penggunaan energi fosil di sektor industri Indonesia hingga kini masih sangat tinggi. Hal itu mengacu data dari Handbook of Energy and Economy Statistics of Indonesia (ESDM, 2021).

"Penting untuk diketahui bahwa hampir delapan puluh persen (80%) konsumsi energi sektor industri di Indonesia berasal dari batu bara, gas alam dan minyak bumi, sedangkan sisanya berasal dari listrik," tegasnya dalam keterangan tertulis, Jumat (21/10/2022).

Dengan kata lain, sektor industri merupakan kelompok konsumen energi fosil terbesar di Indonesia dan kelompok penyumbang emisi karbon yang cukup besar. Dia memaparkan, pada 2019, industri manufaktur dan konstruksi menghasilkan emisi sebesar 137.040 Gg CO2e, meningkat 29,5% dari tahun sebelumnya. Kenaikan emisi ini memang sejalan dengan kenaikan konsumsi bahan bakar industri, yaitu sebesar 30% per tahun (ESDM, 2020).

"Tidak ada pilihan selain membenahi penyediaan energi di sektor industri dalam upaya pencapaian target NDC. Sekali lagi, industri bergerak dengan energi yang mayoritas berasal dari bahan bakar fosil, bukan listrik," kata Yusrizki.

Ditambahkannya, industri menggunakan listrik dan energi non-listrik dalam kegiatan produksinya. Pabrik-pabrik menggunakan energi fosil guna memproduksikan energi secara mandiri yang kemudian digunakan untuk menjalankan sistem pemanas (heating), menggerakan boiler (untuk menghasilkan uap panas atau steam), sistem pembakaran, pendinginan (cooling), dan untuk memproduksikan feedstock atau bahan mentah untuk diolah menjadi produk jadi.

Yusrizki menyayangkan selama ini fokus penurunan emisi karbon nasional masih sangat terfokus kepada sektor kelistrikan, yang sebenarnya porsi penggunaannya jauh lebih kecil (24%) dibandingkan energi fosil (76%) oleh sektor industri nasional.

"Tanpa pemahaman yang tepat mengenai konsumsi energi di sektor industri kita, akan sulit untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam dekarbonisasi industri," tukasnya.

Dekarbonisasi industri tegas Yusrizki adalah sebuah urgent agenda bagi Indonesia. Sebagai catatan, saat ini grid emission factor Indonesia berada di angka 788 gram CO2e/kWh, sedangkan Thailand dan Vietnam berada di angka 549 dan 602 CO2e/kWh.

"Dalam perspektif ekonomi nasional, dekarbonisasi industri adalah aksi penyelamatan ekonomi bangsa," imbuhnya



Simak Video "Target Penurunan Emisi RI Tertinggal, Mobil Listrik Bukan Solusi Tunggal?"

(zlf/zlf)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork