Jurus Pemerintah Dukung Investasi Migas & Target NZE 2060

SKK Migas IOG Convention 2022

Jurus Pemerintah Dukung Investasi Migas & Target NZE 2060

Inkana Izatifiqa R Putri - detikFinance
Rabu, 23 Nov 2022 15:26 WIB
SKK Migas
Foto: Inkana Putri/detikcom

Sementara dalam rangka memacu produksi migas nasional, Arifin menyebut Indonesia membutuhkan investasi yang lebih masif. Oleh karena itu, pemerintah telah melakukan beberapa terobosan kebijakan, yakni melalui fleksibilitas kontrak (Cost Recovery PSC atau Gross Split PSC), perbaikan term & condition pada putaran penawaran, insentif fiskal/non-fiskal, perizinan on-line pengajuan dan penyesuaian regulasi untuk yang tidak konvensional.

"Selanjutnya, untuk menarik investasi, kami akan merevisi Undang-Undang Migas Tahun 2021 dengan memberikan seperti perbaikan jangka waktu fiskal, asumsi dan pelepasan, kemudahan berusaha, dan kepastian kontrak," katanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemanfaatan Carbon Capture, Utilization and Storage

Sebagai pelaksana kegiatan usaha hulu migas, SKK Migas pun turut berkontribusi menghadirkan sejumlah upaya dalam mendukung investasi migas dan target NZE. Salah satunya melalui pemanfaatan teknologi pengurangan emisi seperti Carbon Capture and Storage/Carbon Capture, Utilization and Storage (CCS/CCUS) di kegiatan migas guna mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK).

ADVERTISEMENT

"Di industri minyak dan gas, kami melihat bahwa beberapa perusahaan minyak besar telah memasukkan pengurangan karbon dan investasi energi terbarukan dalam strategi portofolio mereka. Kondisi ini ada dua. Pertama, investasi migas perlu ditingkatkan karena perlu memasukkan program pengurangan karbon seperti CCUS. Di sisi lain, persaingan untuk mengamankan investasi di bidang migas semakin meningkat," papar Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto.

Berdasarkan paparan kinerja SKK Migas kuartal IV/2022, total potensi CO2 stored dari CCUS adalah 119 - 128 million tCO2. Adapun potensi tersebut didapatkan dari beberapa wilayah, seperti wilayah kerja Gundih sebesar 3 million tCO2 untuk 10 tahun, Sukowati sebesar 15 million tCO2 untuk 25 tahun, Vorwata 30 million tCO2 for untuk 10 tahun dan Blok Masela berkisar 71 - 80 million tCO2 untuk 29 tahun.

Di samping itu, dalam era transisi energi, SKK Migas juga mendukung proyek LNG. Dwi menyebut LNG akan memainkan peran penting lantaran kebutuhan pasokan gas alam yang mendesak di Eropa dan pertumbuhan populasi dan ekonomi di negara-negara Asia, seperti India dan Indonesia. Sebagai negara dengan pengalaman sebagai produsen LNG, ia menilai Indonesia berpeluang untuk menarik investasi.

"LNG ada yang besar-besar seperti misalnya kita punya di Bontang, Papua dan Sulawesi. Ke depannya kita punya proyek-proyek LNG yang cukup besar juga, yaitu di Masela, kemudian temuan di Aceh Utara itu juga mungkin bisa menghidupkan arun LNG plan," katanya.

"Jadi, potensi indonesia sangat bagus untuk memenuhi kebutuhan LNG dunia nantinya, terkuat juga yang diamankan adalah kebutuhan gas di dalam negeri sendiri. Itu tentu menjadi kebijakan negara pemerintah bahwa kebutuhan energi dalam negri yang harus di secure dulu," tutupnya.

Meski demikian, terlepas dari adanya transisi energi menuju energi terbarukan, Dwi menilai Indonesia masih perlu memaksimalkan potensi migas, terutama gas bumi, guna memastikan ketahanan dan keterjangkauan energi nasional dalam proses menuju NZE. Ia pun meminta partisipasi pihak terkait dalam mendorong potensi migas Indonesia.

"Namun, kami masih perlu memaksimalkan nilai sumber daya minyak dan khususnya gas untuk memastikan keamanan dan keterjangkauan energi di kawasan ini sambil memenuhi ambisi nol emisi bersih kami. Oleh karena itu, industri hulu migas berusaha untuk mencapai visi produksi minyak 1 juta BOPD dan produksi gas 12 BSCFD pada tahun 2030," ungkapnya.

"Partisipasi aktif dari pemain domestik dan internasional diperlukan untuk 'membuka' potensi migas kita. Menyadari hal tersebut, pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmennya untuk bekerja sama dengan kontraktor," pungkasnya.


(akn/hns)

Hide Ads