Pemerintah berencana memberikan subsidi kendaraan listrik sebesar Rp 6,5 juta guna memperbanyak penggunaan kendaraan listrik. Namun demikian, Ekonom Indef Eko Listiyanto mengatakan bahwa subsidi tersebut dinilai kurang tepat.
Menurutnya, pada kondisi saat ini masyarakat lebih membutuhkan insentif untuk bertahan hidup dibanding membeli kendaraan.
"Problemnya adalah kalau Rp 6,5 juta dikasih ke orang miskin, mereka akan 'senyum'," tuturnya dalam acara Indef School of Political Economy, Selasa (13/12/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika pemerintah memberikan insentif untuk pembelian kendaraan listrik dalam rangka mengurangi penggunaan bahan bakar fosil supaya lebih ramah lingkungan, itu kurang tepat.
"Kalau mau sadar lingkungan harusnya bukan dengan program itu. Lebih baik Rp 6,5 juta untuk memperbaiki lingkungan yang rusak," ucapnya.
Dalam acara yang sama, Ekonom Senior Indef Aviliani menilai pemerintah harus melihat dari sisi permintaan sebelum melakukan subsidi kendaraan listrik.
"Jadi seringkali akhirnya insentif itu jadi sia-sia. Makanya sekarang menurut saya dari faktor fiskal pun kalau kita mau mengarah mana yang mau diprioritaskan insentif, lihat demand side. Kadang-kadang kita nggak sasaran pokoknya kita bikin listrik-listrik gitu tapi sebenarnya demand-nya seberapa jauh," ucap Aviliani.
Lebih lanjut, Aviliani menambahkan sisi permintaan tidak hanya mempertimbangkan dari pasar domestik saja tetapi juga dari pasar internasional.
"Nah menurut saya kalau mau bangun industri, satu lihat dulu demand-nya yang orientasi ekspor maupun di domestik. Apakah domestik punya kemampuan nggak sih? Sebenarnya sekarang dengan data analitik kita bisa baca tentang gimana masyarakat kita sehingga ketika kita ambil policy itu sudah tau tentang demand-nya jadi mesti diubah. Pemerintah jangan lagi ke supply side dulu," tambahnya.
Senada dengan Aviliani, Ekonom Senior Indef Nawir Messijuga menilai masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan pemerintah jika ingin mengembangkan kendaraan listrik supaya lebih ramah lingkungan. Ia menganggap apabila pemerintah hanya menyediakan kendaraan listrik namun penggunaannya masih menggunakan listrik dengan bahan bakar fosil, maka akan sama saja.
"Saya bukan tidak setuju dengan listrik, kecuali kalau ada proses adjustment pengurangan tenaga listrik dari yang bersumber dari fosil. Itu bagus banget," ucapnya dalam diskusi Indef School of Political Economy, Rabu (14/12/2022).
"Ada pengurangan secara perlahan ketergantungan terhadap tenaga fosil, listrik fosil, yang at the end akan fit dengan tujuan kita untuk mendorong industri kendaraan listrik dalam rangka mengurangi emisi," lanjutnya.
Lebih lanjut, menurutnya pengadaan kendaraan listrik ini harus dibarengi dengan pembangunan infrastruktur penunjang, seperti tempat pengisian daya listriknya.
"Harus paralel ya menyediakan infrastruktur dengan insentifnya. Infrastrukturnya juga harus ditinjau," tutupnya.
(dna/dna)