Presiden Rusia Vladimir Putin melarang ekspor minyak ke negara G7, termasuk Amerika Serikat, Jepang hingga Uni Eropa. Larangan itu sebagai bentuk balas dendam Putin kepada negara-negara tersebut karena menerapkan kebijakan batas harga impor minyak.
Lantas, ajang balas dendam Putin ini apakah akan berdampak juga ke Indonesia?
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad memastikan balas dendam Putin ke negara-negara barat akan berpengaruh juga kepada Indonesia.
Larangan ekspor minyak yang dilakukan Putin akan menyebabkan kenaikan pada harga minyak internasional. Dampaknya harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia akan meningkat pula.
"Pertama tentu saja kalau harga BBM naik, subsidi juga naik. Misalnya subsidi naik, karena ada subsidi pemerintah, kan yang non subsidi harganya ngikutin market. Untuk roda empat, transportasi laut, udara ikutin harga global itu costnya kan naik, dan akan menjadi beban," katanya kepada detikcom, Rabu (28/12/2022).
Saat harga BBM naik, subsidi juga akan meningkat dan menambah anggaran belanja negara. Apa lagi, Indonesia sendiri merupakan importir BBM, dipastikan jika harga minyak internasional naik, BBM juga akan naik.
"Harga BBM naik, belanja negara naik. Jelas dari sisi GDP kita ini sebagian besar kan net importir. Kita juga impor kita kan kebutuhannya 1,5 juta barel per hari. Otomatis volume impor kita lebih besar dari pada yang kita miliki atau produksi, maka kenaikan harga minyak akan membebankan masyarakat terkait harga BBM," ungkapnya.
Dihubungi terpisah, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira juga mengatakan hal yang serupa bahwa pelarangan ekspor minyak ke negara G7 akan berdampak ke Indonesia.
Ia memprediksi harga minyak mentah akan naik ke angka US$ 85 sampai US$ 90 per barel. Dengan kenaikan itu, kedepan harga BBM akan meningkat, dan membuat subsidi di tengah ketidakpastian.
"Indonesia harus bersiap hadapi fluktuasi harga minyak mentah, yang sebelumnya diperkirakan mulai rendah bisa berbalik arah meningkat awal tahun depan. Swing harga minyak makin membuat subsidi BBM tidak pasti, meski alokasinya cukup besar di APBN 2023," jelasnya.
Menurutnya, ada negara yang diuntungkan dari kebijakan Rusia yakni China dan India. Ia memperkirakan kedua negara itu akan kebanjiran minyak Rusia.
"Yang diuntungkan dari pembatasan ekspor minyak Rusia adalah China dan India. Kedua negara ini diperkirakan siap menampung minyak murah dari Rusia. Apalagi China tengah membuka aktivitas ekonomi pasca pelonggaran pandemi COVID-19," tutupnya.
Sebagai informasi, Putin baru saja mengeluarkan kebijakan untuk membalas dendam kepada negara-negara barat. Balasan itu dengan melarang impor minyak ke negara yang menyepakati batasan harga minyak.
Negara yang terdampak tergabung dalam kelompok G7, ditambah Australia dan Uni Eropa. Anggota negara G7 sendiri terdiri dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris dan Amerika Serikat (AS).
Batas harga yang ditetapkan oleh negara G7 yakni tidak boleh lebih dari US$ 60 per barel. Kesepakatan batas harga itu mulai berlaku sejak 5 Desember 2022.
Simak Video "Momen Putin ke Mariupol Malam-malam di Tengah Status Buron ICC"
[Gambas:Video 20detik]
(ada/zlf)