Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengatakan Indonesia tidak lagi mengimpor bahan bakar fosil pada 2045. Hal ini ia terangkan berdasarkan riset yang telah dilakukannya.
Menurutnya, komoditas yang akan mengganti atau alternatif bahan bakar fosil adalah minyak kelapa sawit. Luhut menyebut pada 2045 itu, Indonesia bisa memproduksi sekitar 100 juta ton minyak sawit.
"Kita sedang riset soal minyak kelapa sawit, karena kami percaya pada 2045 kami bisa produksi sekitar 100 juta ton minyak sawit. 30 persennya akan diarahkan untuk pangan dan sisa 70 persennya, kita bisa lakukan riset dan kita bisa bikin etanol. Jadi kita tidak perlu mengimpor minyak fosil pada saat itu," kata Luhut dalam "Indonesia Zero Pathway: Opportunity & Challenges" yang digelar di Paviliun Indonesia, World Economic Forum Annual Meeting 2023, dikutip dari Antara, Rabu (18/1/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Luhut menjelaskan, pengembangan bahan bakar alternatif menjadi satu dari lima pilar ekonomi hijau yang tengah digencarkan Indonesia. Ia menyebut empat pilar lainnya yaitu dekarbonisasi sektor kelistrikan, transportasi rendah karbon yang salah satunya berupa adopsi kendaraan listrik, industri hijau, dan carbon sinks yang meliputi carbon capture dan carbon offset market.
Lebih lanjut, Luhut mengatakan peran dari minyak sawit ke depan akan sangat besar. Terutama dalam percepatan pencapaian net zero emission 2060 yang akan didorong dengan transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan.
Pemerintah Indonesia disebut melakukan moratorium izin perkebunan kelapa sawit agar tingkat produktivitas bisa meningkat dari 2,3 ton per hektare menjadi 8 sampai 10 ton per ha. Peningkatan itu targetnya dalam 10 sampai 15 tahun ke depan. Kebijakan moratorium sendiri juga dilakukan untuk menekan angka deforestasi akibat ekspansi kebun sawit.
Sebagai produsen CPO dan biodiesel terbesar di dunia, Indonesia telah mengimplementasikan program mandatori penggunaan biodiesel berbasis CPO sejak 2008.
Program mandatori dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi impor bahan bakar fosil, utamanya bahan bakar diesel, meningkatkan penggunaan energi terbarukan serta mengurangi emisi dari penggunaan bahan bakar fosil.
"Indonesia sudah membangun kolaborasi dengan Malaysia, saya rasa 74 persen akan berasal dari dua negara ini," tutup Luhut.