Dilanda Krisis Energi, Afrika Selatan Padamkan Listrik 12 Jam Sehari

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Kamis, 19 Jan 2023 20:15 WIB
Ilustrasi Krisis Energi (Foto: Getty Images/Christopher Furlong)
Jakarta -

Afrika Selatan alami krisis energi akut. Kondisi ini bahkan memicu pemadaman listrik bergilir dilakukan di negara tersebut selama 12 jam per hari.

Dilansir dari CNN Business, Kamis (19/01/2023), kondisi ini disebabkan karena pembangkit listrik tenaga batu bara di negara tersebut sudah tua rusak. Selain itu, negara tersebut juga tidak memiliki cukup dana untuk membeli solar demi mengoperasikan generator darurat.

Warga Afrika Selatan telah mengalami pemadaman listrik selama bertahun-tahun lamanya. Namun tahun 2022 merupakan rekor terburuk, di mana pemadaman listrik bergilir terus berlangsung selama 205 hari.

Sementara sepanjang tahun ini, pemadahan bergilir terjadi setiap harinya. Situasi pun kembali memburuk minggu lalu ketika BUMN Energi di sana, Eskom, mengatakan akan menerapkan lebih banyak pemutusan aliran listrik karena kerusakan di 11 unit pembangkit listrik tenaga batu baranya.

Perusahaan harus menaikkan load shedding, pelepasan beban bila pada salah satu genset mengalami gangguan, ke level 6. Sementara langkah tersebut memerlukan penghapusan daya sebesar 6.000 megawatt (MW) dari jaringan untuk menyeimbangkan kembali permintaan dan pasokan.

Langkah ini pun pada akhirnya dapat mendorong terjadinya pemadaman selama 4,5 jam dalam satu waktu dan total 12 jam sehari untuk rumah tangga dan bisnis.

Atas kejadian tersebut, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa terpaksa membatalkan perjalanan ke Davos pada pekan ini. Ia menukar perjalanannya ke Forum Ekonomi Dunia di Swiss untuk pertemuan darurat tentang krisis energi yang sedang berlangsung.

Sebagai tambahan informasi, Eskom telah memenuhi pasokan listrik negaranya dari armada pembangkit listrik tenaga batu bara yang telah digunakan secara berlebihan dan kurang terawat selama bertahun-tahun.

Perusahaan juga disebut-sebut hanya punya sedikit cadangan energi. Masalah ini seharusnya bisa terselesaikan dengan dibangunnya dua pembangkit listrik tenaga batu bara terbesar di dunia, Medupi dan Kusile, di provinsi Limpopo dan Mpumalanga di Afrika Selatan.

Namun 15 tahun setelah konstruksi dimulai, pembangkit ini hanya menghasilkan sekitar setengah dari akumulasi kapasitas mereka, yakni 9.600 MW, karena adanya kerusakan, cacat teknis, hingga kecelakaan.

Utang Eskom pun melesat ke angka US$ 22,7 miliar atau setara Rp 342,77 triliun (kurs Rp 15.100) dan menempatkannya ke dalam posisi keuangan yang genting. Tragedi pencuriam listrik di kota-kota miskin hingga para pelanggan yang tak bayar listrik pun memperburuk keadaan.

Perusajaan telah kehilangan uang selama bertahun-tahun dan bergantung pada dana talangan pemerintah. Bahkan pada Maret 2022, dilaporkan kerugian perusahaan mencapai US$ 723 juta atau setara Rp 10,91 triliun.




(dna/dna)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork