Pemerintah terus mendorong mega proyek pembangkit 35.000 megawatt (MW). Hingga Desember 2022, pembangkit yang telah operasi atau commercial operation date (COD) sebanyak 415 unit dengan kapasitas 16.596 MW atau sebanyak 47%.
Dalam paparan Plt Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Dadan Kusdiana disebutkan, untuk pembangkit yang sudah kontrak atau power purchase agreement (PPA) sebanyak 572 unit dengan kapasitas 29.983 MW atau sebanyak 84,6%. Kemudian, sebanyak 398 unit dengan kapasitas 5.478 MW (15,4%) belum kontrak.
"Sudah ada 29.983 MW atau 572 unit atau sebesar 84,6% yang sudah kontrak. Kalau sudah kontrak kemungkinan besar pasti dibangun," kata Dadan dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (31/1/2023).
Terangnya, pembangkit yang telah operasi dengan kapasitas 16.596 MW ini lebih tinggi dibanding tahun 2021 dimana pembangkit yang operasi 11.257,5 MW. Artinya realisasi tahun 2022 naik sekitar 5.338,2 MW.
Kemudian untuk pembangkit yang dalam tahap perencanaan 363 unit dengan kapasitas 4.920 MW (14%). Lalu, tahap pengadaan 35 unit berkapasitas 558 MW (2%), PPA belum konstruksi 34 unit berkapasitas 549 MW (1%) dan konstruksi 123 unit berkapasitas 12.839 MW (36%).
Adapun pembangkit yang telah rampung antara lain PLTU Jawa-4 unit 5 dan 6 (2x1.070 MW), PLTU Jawa Tengah (PPP) unit 1 dan 2 (2x1.000 MW), PLTGU Riau (294,7 MW), PLTMG Bangkanai FTP 2 (127,1 MW), PLTP Sokoria unit 1 (6,6 MW), PLTP Sorik Marapi FTP-2 (62,8 MW), dan PLTS Selayar (1,3 MW).
Lalu, PLTS Sangihe (1,3 MW), PLTS Medang (0,3 MW), PLTS Nusa Penida dan Terapung Waduk Nusa Penida (3,19 MW), PLTU Lontar Exp (315 MW), PLTGU Muara Tawar Add-on Blok 2 (165,75 MW), PLTU Sulsel Barru 2 (123,4 MW), dan 21 unit PLTM (96,8 MW).
(acd/das)