Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkap alasan mengapa ekspor bauksit harus disetop. Jokowi menyebut, selama ini Indonesia menjadi pengekspor bauksit terbesar ketiga di dunia.
Tetapi, ekspor barang setengah jadi dari bauksit yakni alumunium bukan yang terbesar. Jokowi menyayangkan ekspor aluminium malah nomor 33 di dunia.
"Bauksit kenapa kita harus, nikel sudah. Bauksit kenapa harus setop saya berikan contoh saja. Indonesia ini ekspor bahan mentah bauksit ekspor itu kita nomor 3 di dunia, mentahan yg kita ekspor. Tetapi ekspor alumunium kita nomor 33. Mentahnya no 3 kok, barang setengah jadi barang jadinya nomor 33," ungkap Jokowi dalam Mandiri Investment Forum 2023, di Hotel Fairmont Jakarta Selatan, Rabu (1/2/2023).
Kemudian, ekspor panel surya sebagai hilirisasi bauksit juga menjadi yang 31 di dunia. Padahal menurutnya bahan baku di dalam negeri melimpah ruah.
"Apalagi ekspor panel surya itu kita nomor 31 padahal barangnya ada di sini," tuturnya.
Jokowi menyebutkan, jika Indonesia dapat mengekspor aluminium dan panel surya, nilai tambah ke Indonesia bisa meningkat puluhan hingga ratusan kali lipat. Orang nomor satu di Indonesia itu mengungkapkan kejengkelannya karena sudah puluhan tahun Indonesia terlalu nyaman dengan ekspor barang mentah.
"Kalau kita ingin kerjakan yang namanya panel surya itu nilai tambahnya sampai 149 kali. Perkaliannya coba nikel tadi sudah 30 kali, yang ini bisa 194 kali. Kenapa berpuluh2 tahun tidak kita lakukan apa yang salah dari kita. Kita terlalu nyaman dengan ekspor mentahan karena memang paling cepat dapat duitnya dan tidak pusing pikirannya," ungkapnya.
"Udah gali kirim gali kirim. Nikel juga sama gali kirim gali kirim. Nggak mau mikir kita, memang industri kan pusing kita memang," lanjutnya.
Jokowi mencontohkan dengan lompatan keuntungan yang didapat Indonesia setelah berhasil hilirisasi nikel. Dahulu ekspor hasil dari nikel hanya US$ 1,1 miliar. Jokowi menargetkan hilirisasi nikel akan melonjak menjadi US$ 30 miliar sampai US$ 33 miliar triliun pada 2022.
"Bayangkan dari Rp 17 triliun melompat jadi Rp 450 triliun. Berapa nilai tambah sangat besar," ungkapnya.
Hilirisasi dari komoditas minyak dan gas bumi (migas) serta mineral batubara (minerba) disebut bisa meningkatkan nilai tambah dan lapangan pekerjaan.
"Proyeksi dampak hilirisasi minerba dan migas akan menambah PDB kita US$ 699 dan lapangan kerja yg akan terbuka di angka 8,8 juta. Ini dampak yg sangat besar sekali," tutupnya.
Simak Video "Luhut ke IMF soal Larangan Ekspor Raw Material: Kalian Jangan Macam-macam"
[Gambas:Video 20detik]
(ada/zlf)