Produksi Minyak 2022 Tak Capai Target, Ternyata Ini Biang Keroknya

Produksi Minyak 2022 Tak Capai Target, Ternyata Ini Biang Keroknya

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Rabu, 01 Feb 2023 19:45 WIB
Cadangan minyak dan gas bumi di Blok Mahakam, Kalimantan Timur akan beralih kepemilikan ke PT Pertamina (persero). Peralihan ini akan resmi dilakukan tepat tanggal 1 Januari pukul 00.00 WITA.
Ilustrasi eksplorasi minyak lepas pantai/Foto: Dok. Pertamina
Jakarta -

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) membeberkan produksi minyak di 2022 tak capai target. Hal ini membuat realisasi produksi minyak bumi di 2022 kemarin tidak tercapai.

Perihal ini disinggung oleh Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto, saat memimpin rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR RI bersama dengan SKK Migas, Rabu (01/02/2023).

Sugeng menyampaikan, realisasi lifting minyak bumi alias minyak hasil olah siap guna hanya mencapai 612,3 ribu barrel oil per hari. Angka ini hanya mencapai 87,09% dari target 2022 yang mencapai 703 ribu barrel oil per hari. Dengan kata lain, target tidak tercapai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dengan pencapain tersebut, maka secara statistik dapat diproyeksikan bahwa target lifting 2023 sebesar 660 ribu barrel per hari. Kemungkinan besar, sekali lagi, bukan kita pesimis, ini menjadi challange bagi kita semua. Jangan sampai tidak tercapai," katanya di ruang sidang Komisi VII DPR RI, Rabu (01/02/2023).

Menanggapi perihal tersebut, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyampaikan, ada beberapa alasan yang melandasi target tersebut tidak dapat tercapai. Salah satunya ialah kondisi pandemi COVID-19 yang telah melanda RI selama kurang lebih 2 tahun lamanya.

ADVERTISEMENT

"Salah satu sebabnya ini, kita masih terdampak pandemi selama 2 tahun sebelumnya. Sehingga, entry point di 2022 itu kita kehilangan. Kalau nggak salah sekitar 40 ribu barrel oil per hari," kata Dwi.

Berbeda dengan 2023 ini, Dwi mengatakan, pihaknya optimis dapat mencapai target 660 ribu barrel oil per hari. Pasalnya, Dwi mengklaim kondisinya sudah jauh lebih baik dibanding tahun sebelumnya.

"Untuk 2023 ini, kami akan laporkan kondisinya lebih baik. Karena Januari ini sudah bisa di atas 622 ribu oil per hari. Mudah-mudahan ini bisa terus dijaga dan menjadi momentum yang bisa terus didorong," katanya.

Bersambung ke halaman berikutnya. Langsung klik

Kendati demikian, masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi SKK Migas dalam meningkatkan produksi minyak. Salah satu masalah utamanya yaitu kondisi fasilitas produksi yang terbilang sudah cukup tua. Hal inilah yang diduga menyebabkan sepanjang 2022 terjadi penurunan produksi minyak.

"Sepanjang 2022 sebenarnya kita juga sudah berupaya ada kenaikan produksi. Tapi salah satu problem utamanya ialah pada fasilitas, production facility, karena umurnya dan lain sebagainya," ungkapnya.

Dwi pun menampilkan data produksi minyak dan kejadian loss production opportunity (LPO). Terlihat bahwa penurunan kerap terjadi setiap bulannya sepanjang 2022 lalu, akibat berbagai alasan teknis. Salah satunya, sempat terjadi gangguan kabel di Banyu Urip. Kemudian gangguan pada pipa minyak di Kedung Keris akibat longsor.

"Inilah terjadi naik turun. Dan ketika turun, pasti karena ada problem seperti yang September pipa OSES bocor, kita kehilangan 10 ribu barrel oil per hari dan sebagainya," terangnya.

Oleh karena itu, Dwi mengatakan, pihaknya mencoba menganalisa penyebab sebenarnya dari kendala tersebut. Meski demikian, ia tetap optimis di 2023 ini pihaknya dapat membukukan kinerja jauh lebih baik.


Hide Ads