Kendati demikian, masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi SKK Migas dalam meningkatkan produksi minyak. Salah satu masalah utamanya yaitu kondisi fasilitas produksi yang terbilang sudah cukup tua. Hal inilah yang diduga menyebabkan sepanjang 2022 terjadi penurunan produksi minyak.
"Sepanjang 2022 sebenarnya kita juga sudah berupaya ada kenaikan produksi. Tapi salah satu problem utamanya ialah pada fasilitas, production facility, karena umurnya dan lain sebagainya," ungkapnya.
Dwi pun menampilkan data produksi minyak dan kejadian loss production opportunity (LPO). Terlihat bahwa penurunan kerap terjadi setiap bulannya sepanjang 2022 lalu, akibat berbagai alasan teknis. Salah satunya, sempat terjadi gangguan kabel di Banyu Urip. Kemudian gangguan pada pipa minyak di Kedung Keris akibat longsor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Inilah terjadi naik turun. Dan ketika turun, pasti karena ada problem seperti yang September pipa OSES bocor, kita kehilangan 10 ribu barrel oil per hari dan sebagainya," terangnya.
Oleh karena itu, Dwi mengatakan, pihaknya mencoba menganalisa penyebab sebenarnya dari kendala tersebut. Meski demikian, ia tetap optimis di 2023 ini pihaknya dapat membukukan kinerja jauh lebih baik.
(hns/hns)