Pengembangan Blok Tuna terhambat karena operatornya Premier Oil Tuna BV disanksi Uni Eropa. Sebab, perusahaan itu bermitra dengan perusahaan Rusia, Zarubezhneft.
Saat ini, pemerintah juga tengah solusi agar dampak dari sanksi itu tidak menjalar ke pembangunan Kilang Tuban. Sebagaimana diketahui, PT Pertamina (Persero) juga bermitra dengan perusahaan Rusia, Rosneft di proyek tersebut.
"Iya, Tuban juga Pertamina sedang cari apa dengan Rosneft, sedang cari solusi," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Jumat (31/3/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arifin menyebut, Kilang Tuban mau tidak mau terkena dampak tersebut. Menurutnya, ada beberapa isu yang menyangkut pembangunan Kilang Tuban yang harus segera diselesaikan dalam waktu dekat.
Lanjut Arifin, pembangunan Kilang Tuban dilakukan untuk memproses BBM di dalam negeri. Jika pembangunan tidak dilakukan, maka Indonesia harus impor.
"Ya dampaknya di Tuban itu karena kita nggak ini ya kapasitas kita nggak bisa memenuhi kebutuhan untuk memproses sendiri kan, ke depan demand kan naik, butuh BBM, kalau nggak ada itu ya kita harus impor," jelasnya.
Soal Blok Tuna, Arifin mengungkap sudah ada gambaran solusinya dengan mencari mitra pengganti.
"Solusinya cari penggantinya," katanya.
"Iya dong (pengganti). Itu kan berdua. Yang satu kena sanksi karena satunya di negeri yang lagi disanksi," sambungnya.
(acd/ara)