PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Smelting menerima kunjungan kerja Komisi VII DPR RI di area PT Smelting, Gresik, Jawa Timur, pada Rabu (5/4). Dalam kunjungan kerja tersebut, para legislator meninjau kemajuan ekspansi PT Smelting, sebagai fasilitas peleburan dan pengolahan konsentrat tembaga yang telah mencapai penyelesaian 76 persen.
Progres ekspansi PT Smelting oleh PTFI tersebut mencakup penambahan refinery cells (sel elektrolit untuk memurnikan konsentrat) serta peningkatan daya listrik menjadi 40,45 megawatt. Melalui penambahan tersebut, kapasitas pengolahan konsentrat tembaga di PT Smelting akan bertambah dari 1 juta dry metric ton (dmt) menjadi 1,3 juta dmt per tahun. Sehingga, katoda tembaga yang dihasilkan dari proses pengolahan tersebut akan meningkat dari 300 ribu ton per tahun menjadi 350 ribu ton per tahun.
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Bambang Haryadi yang ikut meninjau perkembangan ekspansi tersebut menilai pengembangan PT Smelting sebagai salah satu realisasi komitmen PTFI dalam mendorong percepatan program hilirisasi produk tambang di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Progres ekspansi PT Smelting hingga kini cukup bagus. Sebenarnya kalau tanpa kemarin pandemi, (smelter Freeport) saya pikir sudah siap. Kita melihat bahwa progres pembangunan smelter Freeport sudah cukup bagus. Cuma kita tahu semua, pandemi yang menghantam dunia dua tahun terakhir sangat mengganggu," ungkap Bambang dikutip dalam keterangan tertulis, Kamis (6/4/2023).
Bambang mengatakan Komisi VII akan berdiskusi dengan semua pembuat smelter, khususnya PT Freeport, dan PT Antam untuk mencari solusi dari dampak pandemi tersebut.
Sementara itu, PTFI menargetkan ekspansi yang konstruksinya telah dimulai sejak 2022 ini akan rampung pada November 2023. Selanjutnya akan dilakukan peningkatan kapasitas pengolahan sampai akhir Desember 2023, sehingga pada awal tahun 2024 PT Smelting akan mampu beroperasi dengan kapasitas baru. Dengan nilai investasi sebesar US$ 250 juta atau setara dengan Rp 3,7 triliun (kurs Rp 14.900), PTFI sekaligus meningkatkan kepemilikan sahamnya terhadap PT Smelting dari 39,5% menjadi 65%. Sementara itu, PT Mitsubishi Material Corporation akan memegang 35% kepemilikan saham PT Smelting.
"Aksi korporasi berupa peningkatan kapasitas pengolahan PT Smelting ini sejalan dengan semangat pemerintah Indonesia untuk terus mengembangkan industri hilir dalam negeri. Dukungan ini, yang juga diikuti dengan terciptanya nilai tambah melalui peningkatan nilai investasi perusahaan serta penyerapan tenaga kerja, adalah bagian dari upaya kami untuk terus berkontribusi bagi kemajuan negara di mana pun kami beroperasi," tutur Presiden Direktur PTFI Tony Wenas.
Tony menambahkan saat ini PTFI juga tengah menyelesaikan smelter keduanya di Kawasan Ekonomi Khusus Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Manyar, Gresik, yang telah rampung 56,5 persen. Smelter kedua milik PTFI yang akan rampung pada Desember 2023 tersebut akan memiliki kapasitas pengolahan hingga 1,7 juta dmt konsentrat tembaga, menghasilkan 550 ribu ton katoda tembaga per tahun.
Melalui pengoperasian dua smelter, Tony menyebut PTFI akan mampu memurnikan hingga 3 juta dmt konsentrat tembaga per tahun dan memenuhi mandat Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) terkait pembangunan smelter.
"Pada akhirnya, pengoperasian kedua smelter ini akan memungkinkan PTFI untuk memurnikan seluruh konsentrat tembaga di dalam negeri, sekaligus semakin mempertegas posisi Indonesia sebagai produsen tembaga berkelas dunia. Indonesia tidak hanya akan semakin dikenal sebagai salah satu negara penghasil tembaga terbesar di dunia, tetapi juga secara kualitatif, sebagai industri tembaga yang terintegrasi dari hulu ke hilir," ujar Tony.
(akn/ega)