Rekam Jejak Shell yang Cabut dari Blok Masela hingga Menteri ESDM Kecewa

Rekam Jejak Shell yang Cabut dari Blok Masela hingga Menteri ESDM Kecewa

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Rabu, 24 Mei 2023 06:30 WIB
Jakarta Energy Forum 2020 resmi dibuka oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif. Acara ini bertema
Menteri ESDM Arifin Tasrif/Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif kecewa terhadap Shell karena proses negosiasi pelepasan hak partisipasi Blok Masela kepada PT Pertamina (Persero) tak kunjung selesai. Hal ini membuat pemerintah kehilangan begitu banyak peluang.

"Masela masih progres, tapi begini, Masela itu kan agak lama, jadi pemerintah kan kehilangan opportunities-nya panjang itu," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji di Kompleks DPR RI, Jakarta Pusat, Selasa (23/5/2023).

Arifin pun kecewa karena hal tersebut dan menyebut pihaknya akan meninjau rencana pengembangan atau Plant of Development (POD) Blok Masela. "Akhirnya kemarin Pak Menteri menyampaikan kan Pak Menteri kecewa lah, jadi kami mau mem-follow up, mau revisit POD-nya. Kita lihat POD-nya gimana ko bisa lama sekali seperti itu," katanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski demikian, Tutuka belum buka suara mengenai nilai yang ditawarkan Shell untuk melepas hak partisipasi Blok Masela kepada Pertamina. "Itu urusan bisnis ya, saya nggak bisa menyatakan angka sepenuhnya tapi pemerintah ya kecewa kok terlalu lama," ujarnya.

Negosiasi Pertamina dan Shell Alot

Pekan lalu, Arifin mengungkap, proses negosiasi antara Pertamina dan Shell masih berjalan namun alot. Ia pun melontarkan sindiran terhadap Shell.

ADVERTISEMENT

"Masih dalam proses negosiasi, memang agak alot, karena Shell itu, ya mestinya dia lebih mengerti, sejarahnya Shell di Indonesia sudah berapa lama. Dia kan udah manfaatin banyak," katanya di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Jumat (19/5).

"Sejak dulu kan Shell sudah ada, masa yang ini untuk kepentingan Indonesia dia nggak mau fleksibel," tambahnya.

Arifin menjelaskan, urgensi Pertamina masuk ke Blok Masela untuk memacu produksi gas untuk mendukung transisi energi. "Kan kita tahu bahwa kita perlu gas untuk mendukung transisi, kan gas lebih bersih daripada batu bara, sementara demand meningkat," ujarnya.

Pemerintah saat ini berupaya mengoptimalkan potensi-potensi gas yang ada. Di sisi lain, blok tersebut sempat ditawarkan-tawarkan ke internasional tapi sepi peminat.

"Makanya kita akan optimalkan sumber-sumber potensi gas yang ada sebelum 2060. Selama ini kan memang ini ditawar-tawarkan internasional nggak ada, sekarang ini pemerintah mau mendorong, wakil pemerintah untuk bisa masuk mengisi yang selama ini susah nawar-nawarin ke mana-mana kosong," jelasnya.

Bagaimana cerita Shell mundur dari Blok Masela? Cek halaman berikutnya.

Lihat juga Video: Simak Daftar Harga Terbaru BBM di SPBU

[Gambas:Video 20detik]




Shell Mundur dari Blok Masela

Mundurnya Shell di Blok Masela terungkap pada 2020. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto kala itu menyampaikan pemerintah mengaku kecewa dengan keputusan Shell cabut atau meninggalkan proyek tersebut. Kekecewaan itu disampaikan melalui surat yang dikirimkan ke Shell.

Dwi Soetjipto mengaku, isu hengkangnya Shell sudah datang sejak pertengahan 2019 atau pada saat mendiskusikan rencana pengembangan (POD).

"Shell langsung menghadap ke Menteri (ESDM) dan kami langsung dapat arahan kirim surat ke Shell barangkali 2-3 kali, menyampaikan bahwa pemerintah kecewa dengan langkah yang diambil Shell," kata Dwi dalam rapat kerja bersama Komisi VII DPR, Senin (24/8/2020) lalu.

Dwi mengatakan proses mundurnya Shell melalui divestasi participating interest (PI) atau hak kelolanya harus dilakukan secepat mungkin. Saat itu, dia menyebut, butuh waktu 18 bulan untuk merealisasikan pelepasan 35% saham di Blok Masela.

"Mudah-mudahan seperti yang disampaikan Shell, divestasi butuh waktu 18 bulan," jelasnya.

Kemudian dua tahun berselang, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengungkap bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah menyetujui ada dua alternatif untuk pengganti Shell di Blok Masela, yakni PT Pertamina (Persero) atau Indonesia Investment Authority (INA).

"Blok Masela itu kemarin Inpex itu 35% sahamnya keluar partnernya Inpex, kebetulan saya menjadi moderator di CEO meeting, atas persetujuan Bapak Presiden salah satu alternatifnya BUMN masuk. Caranya dua, apakah lewat Pertamina atau lewat INA," katanya di Kantor Kementerian Investasi/BKPM, Jakarta, Senin (8/8/2022).

Belakangan diketahui, Pertamina yang menunjukkan keseriusan untuk masuk ke Blok Masela. Hingga saat ini, proses negosiasi untuk mengambil hak partisipasi dari Shell terus berjalan.


Hide Ads