Shell Mundur dari Blok Masela
Mundurnya Shell di Blok Masela terungkap pada 2020. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto kala itu menyampaikan pemerintah mengaku kecewa dengan keputusan Shell cabut atau meninggalkan proyek tersebut. Kekecewaan itu disampaikan melalui surat yang dikirimkan ke Shell.
Dwi Soetjipto mengaku, isu hengkangnya Shell sudah datang sejak pertengahan 2019 atau pada saat mendiskusikan rencana pengembangan (POD).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Shell langsung menghadap ke Menteri (ESDM) dan kami langsung dapat arahan kirim surat ke Shell barangkali 2-3 kali, menyampaikan bahwa pemerintah kecewa dengan langkah yang diambil Shell," kata Dwi dalam rapat kerja bersama Komisi VII DPR, Senin (24/8/2020) lalu.
Dwi mengatakan proses mundurnya Shell melalui divestasi participating interest (PI) atau hak kelolanya harus dilakukan secepat mungkin. Saat itu, dia menyebut, butuh waktu 18 bulan untuk merealisasikan pelepasan 35% saham di Blok Masela.
"Mudah-mudahan seperti yang disampaikan Shell, divestasi butuh waktu 18 bulan," jelasnya.
Kemudian dua tahun berselang, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengungkap bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah menyetujui ada dua alternatif untuk pengganti Shell di Blok Masela, yakni PT Pertamina (Persero) atau Indonesia Investment Authority (INA).
"Blok Masela itu kemarin Inpex itu 35% sahamnya keluar partnernya Inpex, kebetulan saya menjadi moderator di CEO meeting, atas persetujuan Bapak Presiden salah satu alternatifnya BUMN masuk. Caranya dua, apakah lewat Pertamina atau lewat INA," katanya di Kantor Kementerian Investasi/BKPM, Jakarta, Senin (8/8/2022).
Belakangan diketahui, Pertamina yang menunjukkan keseriusan untuk masuk ke Blok Masela. Hingga saat ini, proses negosiasi untuk mengambil hak partisipasi dari Shell terus berjalan.
(acd/ara)