PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) berencana akan menambah utang sebesar US$ 500 juta pada 2024. Penambahan utang ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) sebesar 1 giga watt (GW).
Direktur Keuangan PGE, Nelwin Aldriansyah mengatakan, saat ini kapasitas PLTP mencapai 672 megawatt (MW), PGE menargetkan penambahan 340 MW dalam waktu dua tahun, sehingga total kapasitas pengelolaan geothermal PGE mencapai 1 GW.
"Untuk menambah 340 MW dalam dua tahun itu kami berencana menambah utang sekitar US$ 500 juta pada 2024," kata Nelwin, di Jakarta, Senin (31/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nelwin menambahkan, dengan bertambahnya kapasitas pengelolaan panas bumi sebesar 1 GW dalam dua tahun ke depan. Akan menjadikan PGE sebagai operator geothermal terbesar kedua di kawasan Asia.
"Kalau tercapai 1 GW dua tahun ke depan, akan membuat kami (PGE) sebagai operator panas bumi terbesar kedua di Asia. Satu perusahaan ya, bukan pengelolaan keseluruhan, kalau keseluruhan itu masih di pegang Amerika Serikat, Indonesia nomor dua di dunia," ungkapnya.
Seperti diketahui, saat ini pengelolaan dan pemanfaatan panas bumi terbesar di dunia antara lain:
1. Amerika Serikat sebesar 3.794 MW
2. Indonesia sebesar 2.356 MW
3. Filipina sebesar 1.935 MW
4. Turki 1.682 MW
5. New Zeland 1.037 MW
Nelwin menegaskan, penambahan utang US$ 500 juta pada 2024 tidak akan membebani perusahaan. Apalagi PGE pada semester I-2023 membukukan penurunan utang bersih dari US$ 683 juta pada Desember 2022 menjadi US$ 66,95 juta.
Perseroan mampu melanjutkan ekspansi seiring selesainya masalah pinjaman jangka pendek usai penerbitangreen bondpada kuartal kedua tahun ini. Penurunan utang bersih yang diperkuat dengan peningkatan laba bersih sepanjang 6 bulan hingga Juni 2023 itu menunjukkan performa bisnisPGEyang semakin tumbuh dan berkembang.
Rasio utang bersih terhadap ekuitas ataudebt to equity ratioturun dari 74 persen menjadi 39 persen pada semester I 2023. Sementara itu, pinjaman jangka pendek yang pada kuartal I tahun ini masih tercatat sebesarUSD 400 jutadan semester I tahun laluUSD 600 juta, sudah tidak ada lagi dalam pembukuan pada periode yang berakhir hingga Juni 2023. Hal ini memungkinkanPGEuntuk berekspansi seiring dengan membaiknya arus kas Perseroan.
"Pada periode ini Perseroan kembali melanjutkan tren penurunan utang. Performa yang sudah baik ini menjadi jawaban atas keraguan yang sebelumnya menyebut kinerja Perseroan terganggu akibat utang jatuh tempo. Ke depan, kami berkomitmen untuk terus menjaga performa yang sudah baik ini," ungkap Nelwin.
Terjadinya penurunan utang bersih pada semester I 2023 ini menunjukkan penerbitan obligasi berwawasan hijau(green bond)sebesar USD 400 juta pada April 2023 telah berjalan efektif. Dana yang didapat dari pasar global ini telah digunakan secara efektif untuk membiayai kembali(refinancing)pinjaman jangka pendek dan melanjutkan target pengembangan proyek panas bumi ke depan.
Pada semester I 2023, EBITDA perseroan meningkat menjadiUSD 175,55 jutadariUSD154,88pada Juni 2022. Dengan begitu, arus kas bebas meningkat menjadiUSD 150,3 jutadariUSD 143,5 juta.
Dengan program efisiensi yang dijalankan, Perseroan optimis akan mampu meningkatkan kinerja finansial dan operasional guna menyediakan akses ke energi bersih dan ramah lingkungan yang andal dan terjangkau. "Keunggulan operasional merupakan prioritas kami untuk menjadiworld class green energy company," tutup Nelwin.
(rrd/rir)