![]() |
Hasil pemodelan dispersi PM2.5 selama kurun waktu tanggal 1-21 Agustus 2023, terlihat bahwa tidak ada polutan PM2.5 yang berasal dari 4 PLTU mengarah menuju Jakarta. Pada kondisi tersebut angin berhembus dari arah sebaliknya yaitu menuju ke arah barat sehingga emisi PLTU tidak berdampak pada polusi di Jakarta.
![]() |
Hasil pemodelan di Bulan Agustus (01-21 Agustus) diperoleh hasil bahwa selama kurun waktu tersebut tidak ada polutan NOx yang sampai ke Jakarta berasal dari PLTU karena angin bertiup dari arah Timur sehingga emisi PLTU tidak berdampak pada polusi di Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Pada bulan Agustus 2023, pergerakan SO2 menuju Jakarta sama sekali tidak ada yang berasal dari PLTU karena angin bertiup dari arah Timur, sehingga emisi PLTU tidak berdampak pada polusi di Jakarta.
Puji menyimpulkan, terdapat polutan lintas batas udara, terutama selama musim penghujan, namun konsentrasinya relatif rendah saat mencapai Jakarta. Sebaliknya, selama musim kemarau, tidak ada polutan lintas batas yang mencapai Jakarta. Konsentrasi polutan pada Agustus 2023 cenderung rendah, dan tidak terjadi perpindahan polutan ke arah Jakarta, baik PM2,5, NOx, atau SO2.
Untuk itu, ia memberikan beberapa rekomendasi kepada PLTU, Pertama, peneliti berharap bahwa operasional PLTU terus menjaga kinerja Elektrostatic Precipitator (ESP) dari PLTU, karena ESP memiliki peran penting dalam mengurangi emisi polutan. Selain itu, peneliti menyarankan untuk tetap menggunakan Low NOx Burner, untuk mengurangi emisi NOx, sehingga tingkat partikulat dan NOx tetap dapat terkendali.
Puji berharap. PLTU terus memantau dan mengendalikan kadar sulfur di dalam batu bara yang digunakan sebagai bahan bakar. Ini penting karena sebagian besar sulfur dalam batu bara akan berubah menjadi SO2 saat dibakar. Oleh karena itu, perlu memperhatikan komposisi sulfur dalam bahan bakar, misalnya dengan melakukan blending agar kadar sulfur tetap terjaga pada tingkat yang dapat diterima.
Berdasarkan paparan Direktur Utama PT PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra saat bertemu tim Komisi VII DPR menyatakan bahwa, pembangkit PLTU sudah melakukan pengendalian emisi pada setiap PLTU seperti sistem Electrostatic Precipitator (ESP) yang menangkap debu PM 2,5. Bahkan untuk emisi NO2 pun, PLTU sekitar sudah menerapkan teknologi Low NOx Burner. Untuk pengendalian SO2 PLTU melakukan coal blending.
Sehingga emisi PLTU PLN selalu lebih kecil dari ambang baku mutu berdasarkan Permen LHK No 15 Tahun 2019. Selain itu dilakukan pula pengukuran ambien di sekitar area PLTU secara berkala oleh laboratorium independent yang bersertifikasi sesuai peraturan KLHK dan nilainya selalu lebih kecil dari ambang baku mutu. Atas upaya yang dilakukan ini PLTU Suralaya-PLTU Lontar- PLTU Pelabauhan Ratu mendapatkan Proper Emas dan PLTU Labuan mendapatkan Proper Hijau pada tahun 2022.
(rrd/rir)