Anak Buah Luhut Buka-bukaan Syarat Singapura Bisa Beli Listrik RI

Anak Buah Luhut Buka-bukaan Syarat Singapura Bisa Beli Listrik RI

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Jumat, 08 Sep 2023 18:30 WIB
Foto udara kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di pulau wisata Gili Trawangan, Kecamatan Pemenang, Tanjung, Lombok Utara, NTB, Rabu (14/12/2022). Guna mendukung kelistrikan untuk pariwisata di pulau Tiga Gili (Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan) selain menggunakan kabel bawah laut PLN juga menggunakan pembangkit listrik ramah lingkungan dengan memanfaatkan tenaga surya yang menghasilkan daya total 820 kWp  untuk kelistrikan pulau wisata Tiga GIli. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/aww.
Ilustrasi/Foto: ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
Jakarta -

Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) mengungkapkan syarat bagi Singapura bila ingin mengimpor listrik dari Indonesia. Syarat utamanya adalah developer panel surya dan baterai dari Singapura harus membuat pabrik di Indonesia.

Hal ini diungkapkan oleh Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenkomarves Rachmat Kaimuddin. Menurutnya, dalam perjanjian yang diteken antara pemerintah Indonesia dan Singapura dijelaskan seluruh alat yang digunakan untuk menghasilkan listrik rendah karbon yang diminta Singapura harus memiliki tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang tinggi.

"Persyaratan yang kita buat dalam MOU G-to-G antara Indonesia dan Singapura adalah solar panel harus penuhi TKDN Requirement dari Indonesia. Misalnya TKDN 60% maka harus dilaksanakan di Indonesia pabriknya, nanti pabriknya di manapun bisa di Batam, Jawa," ungkap Rachmat dalam konferensi pers pada acara ISF 2023, di Hotel Park Hyatt, Jakarta Pusat, Jumat (8/9/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara umum, syarat ini dengan sendirinya akan membentuk industri panel surya sendiri di Indonesia. Investasi besar pun kemungkinan bisa masuk ke dalam negeri dalam pengembangan listrik rendah karbon. Namun, ketika ditanya berapa potensi investasinya, Rachmat enggan menjawab.

"Intinya, kita syaratkan adalah semua buatan Indonesia, Jadi solar panel dan baterai buatan Indonesia kalau mau ekspor. Yang kita dorong adalah developer itu buat solar farm dan bikin battery storage dan buat jaringan di Indonesia," beber Rachmat.

ADVERTISEMENT

Dengan industri panel surya yang terbangun, Rachmat juga mengatakan Indonesia mendapatkan keuntungan karena kebutuhan panel surya dapat dipenuhi langsung dari dalam negeri.

"Kemarin juga dilaporkan, PLN mereka juga berniat meningkatkan penggunaan solar panel maka industrinya bisa terbentuk dan menguntungkan kita," ujar Rachmat.

Ketika ditanya kapan ekspor listrik ini bisa direalisasikan, Rachmat mengatakan bisa jadi paling lambat di tahun 2026. "Kalau mulainya mungkin 2026 atau 2027 ya," pungkasnya.

Sebelumnya, Wakil Menteri Perdagangan dan Industri Tan See Leng mengatakan otoritas energi Singapura telah menyetujui impor listrik rendah karbon sebanyak 2 gigawatt dari Indonesia ke Singapura.

"Dengan gembira saya umumkan bahwa EMA (Energy Market Authority Singapore) telah memberikan persetujuan bersyarat untuk impor 2 gigawatt listrik rendah karbon dari Indonesia ke Singapura," beber Tan See Leng dalam acara yang sama.

Ada sekitar lima perusahaan dari Indonesia yang mengajukan proposal untuk menyediakan listrik rendah karbon ke negeri Singa. Pertama, tiga perusahaan yang tergabung dalam konsorsium Pacific Medco Solar Energy, kedua Adaro Green, dan juga TBS Energi Utama.

Tan See Leng menjelaskan secara kolektif, perusahaan-perusahaan tersebut bakal memasang sekitar 11 gigawatt kapasitas panel surya dan 21 gigawatt penyimpanan energi baterai di Indonesia.

"Proyek-proyek ini akan menjadi pembangkit listrik tenaga surya dan baterai terbesar di Indonesia dan akan melayani kebutuhan energi Indonesia dan Singapura," ungkap Tan See Leng.

(hal/eds)

Hide Ads