Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Yudo Dwinanda Priaadi mengatakan, Indonesia memiliki potensi energi panas bumi atau geothermal sebesar 23 gigawatt (GW). Namun yang saat ini terpakai baru 2,3 GW.
"Kita itu potensinya 23 gigawatt kan, yang baru dipakai kira-kira 2,3 gigawatt. Jadi baru 10%," katanya di sela acara The 9th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition di JCC Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (20/9/2023).
Terkait potensi energi panas bumi Indonesia bakal diekspor, Yudo menyebut pemerintah masih mengutamakan kebutuhan dalam negeri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lalu apakah bisa diekspor? Nanti kita lihat. Yang jelas pemerintah selalu mengutamakan kepentingan dalam negeri duku baru kita bisa ekspor. Jadi geothermal kita masih fokuskan dari 2,3 gigawatt naik ke 23 gigawatt," jelasnya.
Menurutnya pemanfaatan energi panas bumi akan terus digenjot pasca pandemi COVID-19. Ia menilai saat ini menjadi momentum untuk pembangunan terkait energi panas bumi.
"Yang paling penting kita mau menggaungkan kembali bahwa geothermal itu setelah pasca pandemi, saatnya kita harus ngegas lagi. Untuk momentum pembangunan terkait geothermal," imbuhnya.
Sebagai informasi, pemerintah berkomitmen untuk mencapai target 23% energi baru dan terbarukan (EBT) pada bauran energi di tahun 2025. Hal tersebut didukung dengan potensi Indonesia sebagai salah satu negara dengan panas bumi terbesar di dunia yang memiliki potensi suplai energi lebih dari 23,9 GW.
(ily/ara)