ExxonMobil Siap Genjot Penerapan Teknologi Penangkap Karbon di Indonesia

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Jumat, 22 Sep 2023 15:14 WIB
Foto: Dok. SKK Migas
Jakarta -

Pemerintah mengimbau agar para pelaku industri minyak dan gas (migas) di Tanah Air menerapkan teknologi penangkap karbon Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS). Penerapan teknologi ini diharapkan dapat membantu mengurangi emisi karbon dalam aktivitas pertambangan dan juga menjadi peluang bisnis baru.

Teknologi CCS/CCUS saat ini tengah menjadi tren di Indonesia. Walau demikian, SVP Business Development Exxonmobil Indonesia Egon van der Hoeven, mengatakan teknologi ini bukan hal baru bagi mereka. Exxonmobil Indonesia sudah menerapkannya beberapa tahun lalu di Indonesia dan sejumlah negara seperti Eropa dan Amerika.

"CCS di industri migas bukanlah hal baru, kami sudah melakukan hal ini di Banyu Urip sejak pertama kali didirikan. Yang baru adalah model bisnisnya," kata Egon dalam sesi panel di The 4th International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (ICIUOG) 2023, Nusa Dua, Bali, Kamis (21/9).

Egon mengatakan, saat ini Exxonmobil fokus pada CCS Hub Sunda-Asri, yang merupakan saline aquifer, yang berdasarkan studi memiliki potensi 3 gigatons of CO2. Adapun posisi Sunda-Asri sangat baik karena dikelilingi oleh pusat emisi yang berada di Sumatra Selatan dan Cilegon Banten, sehingga dapat mendukung dekarbonisasi pada industri-industri tersebut.

Ia menambahkan, dulu industri migas lah yang menyimpan karbonnya sendiri dari aktivitas produksi migas. Tapi model bisnis baru saat ini adalah proses menangkap karbon yang dihasilkan dari carbon-intensive industry, di luar aktivitas hulu migas. Artinya, bukan hanya sektor migas yang menerapkan teknologi ini, tapi juga industri energi lain seperti aktivitas pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan industri lain yang memiliki gas buang dalam aktivitas operasionalnya.

Dengan melihat besarnya komitmen pemerintah RI terhadap penerapan teknologi CCS/CCUS, Egon yakin Indonesia memiliki posisi yang baik untuk melakukan ini karena memiliki keterampilan yang diperlukan seperti para insinyur yang kompetitif, industri minyak dan gas yang matang dan maju.

"Indonesia harus melihat bagaimana potensi CCS dapat segera mungkin direalisasikan dalam rangka dekarbonisasi sektor energi dan industri," ujarnya.

Sebagai tambahan informasi, hingga saat ini sejumlah negara sudah mengembangkan CCS/CCUS. Selain Indonesia negara di kawasan Asia yang sudah turut mengembangkan di antaranya Singapura, Jepang, dan Korea Selatan.

Selain itu, untuk mendukung pengembangan teknologi CCS/CCUS, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor No 2 tahun 2023 mengenai penyimpanan karbon yang telah mengatur kegiatan penangkapan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon. Lewat ketentuan ini, diharapkan dapat menurunkan emisi rumah kaca dan membuka jalan untuk masa depan yang lebih hijau.




(shf/fdl)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork