Sektor energi global tengah mengalami guncangan. Khususnya di tengah gejolak geopolitik internasional yang terjadi saat ini.
Kondisi ini menjadi salah satu yang juga disorot dalam International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (IOG) ke-4 yang digelar di Nusa Dua, Bali.
Division COO, Natural Gas Group, Mitsubishi Corporation Gen Kunihiro menjelaskan harga gas, khususnya LNG terus naik meski sebelum adanya konflik antara Rusia dan Ukraina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini terjadi karena investasi yang kurang, dan penyimpanan terbatas yang berdampak pada kenaikan harga," katanya saat menjadi pembicara dalam diskusi 'The Impact of Geopolitical Risk to International Gas Market Volatility' di IOG 2023, Jumat (22/9/2023).
Seperti diketahui konflik antara Rusia dan Ukraina menyebabkan harga gas meroket. Hal ini secara tidak langsung mendorong inflasi ke rekor tertinggi, dan berimbas terhadap ketahanan energi, khususnya di Indonesia.
Kondisi ini juga menjadi perhatian VP Finance Indonesia, BP Irma Ibarra. Di sisi lain, dia juga menyoroti pentingnya pengelolaan energi berimbang di tengah krisis yang terjadi saat ini, atau yang dikenal dengan istilah trilema energi. Konsep ini merujuk pada kiat menyeimbangkan antara keamanan energi, keterjangkauan, dan mitigasi emisi untuk memastikan keberlanjutan.
Pembahasan trilema energi pun berlanjut pada sesi CEO Panel siang hari tadi. Pada sesi panel tersebut, Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Wiko Migantoro memaparkan upaya Pertamina dalam mengatasi trilema energi. Salah satunya dengan memanfaatkan minyak dan gas sebagai jembatan di masa transisi energi untuk menjaga keseimbangan keamanan energi.
"Kita memiliki sumber daya yang banyak, tapi sebagian besar belum bisa dimonetisasi. Ini peluang yang baik, untuk mengurangi emisi dengan monetisasi gas yang lebih banyak. Karena gas itu lebih bersih dibandingkan bahan bakar fosil," tuturnya.
Hal senada disampaikan President Director PETRONAS Indonesia Yuzaini bin Md Yusof. Yuzaini menekankan dalam melalui proses transisi, pengelolaan migas harus dilakukan secara seimbang.
"Tidak bisa hanya berfokus pada ketahanan dan keterjangkauan, tapi kita harus melihat semua. Termasuk keberlanjutan," katanya.
Dia pun mendorong penguatan kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta untuk bersama-sama menghadapi tantangan trilema energi.
Kita harus bekerja bersama, tidak hanya satu pihak yang bertanggung jawab. Perusahaan gas, pemerintah, regulator, dan masyarakat sekitar area operasi. Mari kita bekerja sama," pungkasnya.