PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Trans Kontinental (PTK) menambah dua Landing Craft Tank (LCT) berbendera Indonesia untuk penguatan bisnis aktivitas perkapalan (shipping activities).
Penambahan armada tersebut merupakan realisasi dari rencana penguatan operasional yang telah dimasukan dalam rancangan anggaran PTK yang merupakan anak usaha PT Pertamina International Shipping (PIS) Sub Holding Integrated Marine Logistics (SH IML) di tahun sebelumnya.
Vice President Legal & Relations PTK, Sonny Mirath mengatakan, penambahan armada kapal LCT ini sebagai komitmen PTK dalam menyokong produksi sektor hulu migas Indonesia khususnya operasional PHKT di Kalimantan dan PHR di Dumai sebagai bagian dari Sub Holding Upstream Pertamina.
"Dua armada LCT tersebut dihadirkan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas di sektor hulu migas. Hal tersebut sebagai bukti bahwa PTK mampu memenuhi kebutuhan perkapalan di sektor migas, baik hulu, hilir maupun midstream, sehingga kami berharap ke depannya segmen bisnis shipping activities yang dimiliki PTK juga tumbuh mengikuti geliat perkembangan sektor migas di Indonesia," ujar Sonny dalam keterangan tertulis, Selasa (10/10).
Adapun dua armada ini terdiri dari LCT Transko Barito dan LCT Transko Batanghari. Armada LCT Transko Barito yang mulai beroperasi pada 24 Mei 2023 lalu, beroperasi di Sepinggan Field untuk mensupport aktivitas Sub Holding Upstream, Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT). LCT Transko Barito yang berkapasitas Net Tonnage (NT) 106 ton ini beroperasi untuk running cargo seperti pengangkutan perlengkapan shackle, food container, dan fresh water untuk pemenuhan kebutuhan aktivitas wilayah PHKT.
Di bawah operasional Marine Business & Operation Region (MBOR) III PTK area Balikpapan, LCT Transko Barito yang memiliki panjang keseluruhan 51,41 meter ini memiliki engine berkekuatan dua kali 550 Horsepower (HP) dengan estimasi kecepatan maksimal 10 knots. Kecepatan tersebut memadai aktivitas running cargo di perairan Kalimantan.
Kemudian, untuk armada LCT Transko Batanghari yang berada dibawah MBOR I PTK area Dumai ini merupakan armada tambahan kedua yang mulai beroperasi pada 27 Desember 2022 lalu. LTC Batanghari memiliki kapasitas NT 61 ton yang berfungsi sebagai kapal Oil Spill Response (OSR) yang selalu standby dalam mengatasi dan menanggulangi tumpahan minyak di wilayah operasional Pertamina Hulu Rokan (PHR).
LCT Transko Batanghari ini memiliki panjang keseluruhan 38,66 meter, memiliki estimasi kecepatan maksimal 10 knots dengan engine berkekuatan dua kali 540 HP. Berbeda fungsi dengan LTC Transko Barito, LCT Transko Batanghari memiliki peranan penting dalam aktivitas migas karena berperan dalam menanggulangi tumpahan minyak di laut.
Mengingat aktivitas produksi minyak yang tinggi di Indonesia, tumpahan minyak tentunya memiliki risiko yang tinggi juga. Karena tumpahan minyak bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti terjadinya miss di peralatan pengeboran, adanya kesalahan dalam operasi dan prosedur, kecelakaan kapal pengangkut (tanker), hingga kerusakan fasilitas migas yang diakibatkan oleh bencana alam.
Penambahan dua armada LCT tersebut juga memperkuat formasi armada kapal PTK, dan mendukung visi perusahaan untuk menjadi perusahaan jasa maritim yang terintegrasi dengan skala global.
Simak juga Video 'Konvensi IOG ke-4 Berhasil Kantongi Miliyaran Investasi':
(acd/ara)