Harga Minyak Bisa Naik ke US$ 100/Barel Imbas Perang Hamas-Israel, Jika...

Harga Minyak Bisa Naik ke US$ 100/Barel Imbas Perang Hamas-Israel, Jika...

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Selasa, 24 Okt 2023 08:32 WIB
Harga Minyak Jatuh, Laba Perusahaan Migas Anjlok
Ilustrasi/Foto: BBC
Jakarta -

Harga minyak dunia berfluktuasi seiring dengan berkecamuknya perang Hamas-Israel. Harganya sempat naik di atas US$ 91 per barel pada Senin karena upaya diplomatik untuk mengatasi krisis di Timur Tengah semakin intensif.

Namun harganya kembali jatuh di kemudian hari, di bawah US$ 90 per barel. Hal ini terjadi di tengah laporan bahwa Amerika Serikat (AS) hampir mencapai kesepakatan untuk meringankan sanksi terhadap Venezuela.

Dikutip dari CNN, Selasa (24/10/2023), harga minyak turun pada Senin sore setelah Washington Post melaporkan, AS dan Venezuela telah menyetujui kesepakatan yang akan melonggarkan pembatasan terhadap industri minyak Venezuela dengan imbalan pemilihan presiden yang lebih bebas di negara tersebut tahun depan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Minyak mentah berjangka Brent, yang merupakan patokan minyak internasional, naik ke US$ 91 per barel di jam-jam Asia pada Senin, naik sedikit dari harga penutupan di Jumat US$ 90,89 per barel. Kini telah turun, terakhir diperdagangkan pada US$ 89,65 per barel.

West Texas Intermediate, patokan AS, juga sempat naik menjadi US$ 87,98 per barel, dibandingkan dengan harga penutupan Jumat US$ 87,68 per barel. Itu perdagangan terakhir pada US$ 86,50 per barel.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, para investor khawatir perang Israel-Hamas dapat memicu konflik yang lebih luas di kawasan kaya minyak tersebut, hingga berujung semakin memperketat pasokan minyak global.

Berbicara kepada CBS pada hari Minggu, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan, ada risiko eskalasi konflik ini. Hal ini meskipun tidak ada laporan intelijen baru yang menyatakan bahwa tingkat ancaman dari Iran telah berubah.

Analis di ANZ Research memperkirakan, harga minyak bisa mencapai US$ 100 per barel dalam jangka pendek karena meningkatnya risiko eskalasi regional. Baik Israel maupun Gaza bukanlah pemasok minyak yang signifikan, namun risiko terhadap pasar minyak dinilai akan meningkat jika konflik meluas.

"Jika (Iran) ikut terlibat, hingga 20 juta barel per hari minyak bisa berisiko terganggu secara langsung dan melalui terhambatnya logistik," tambah mereka.

Managing Partner di SPI Asset Management, Stephen Innes menilai, risiko Timur Tengah akan mendominasi lanskap harga aset global. Konflik yang berlangsung dapat semakin membebani pasokan minyak global.

"Konflik yang sedang berlangsung dapat semakin membebani pasokan minyak global dari waktu ke waktu karena berpotensi mengurangi kemungkinan normalisasi Saudi-Israel dan menimbulkan risiko penurunan produksi minyak Iran, yang menyebabkan lonjakan harga minyak lebih lanjut," katanya.

Harga minyak global telah meningkat sejak akhir Juni karena pengurangan produksi oleh Arab Saudi dan Rusia, hingga memicu kekhawatiran berkurangnya pasokan global. Langkah-langkah baru AS bertujuan untuk menaikkan biaya upaya Rusia untuk membatasi harga minyaknya, mungkin juga telah mendorong harga minyak lebih tinggi.

(shc/ara)

Hide Ads