Produksi Minyak RI Melempem, Ternyata Ini Biang Keroknya

Produksi Minyak RI Melempem, Ternyata Ini Biang Keroknya

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Jumat, 01 Des 2023 08:03 WIB
Pengembangan Kilang Minyak Balikpapan terus dilakukan. Dengan adanya proyek Refinery Development Master Plan (RDMP), kapasitas produksi anak anak 38%.
Kilang Minyak/Foto: Suhandi Ridho
Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat lifting minyak dan gas bumi (migas) Indonesia hingga saat ini masih jauh dari target yang ditetapkan dalam APBN. Per Oktober 2023, realisasinya baru mencapai 604,3 ribu barel per hari dan untuk gas mencapai 5.353 ribu barel per hari.

Ketua SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, angka tersebut masih jauh dari target APBN 2023. Dalam hal ini, lifting minyak bisa mencapai 660 ribu barel per hari, dan untuk gas mencapai 1.100 ribu barel setara minyak per hari.

Dwi mengatakan, untuk Outlook 2023 Kuartal IV, pihaknya mengalami sejumlah kendala dari sisi kelambatan proyek yang diakibatkan dampak dari pandemi. Adapun proyek yang terdampak ialah Tangguh Train 3 dan Jambaran Tiung Biru (JTB).

"Karena proyek besar seperti Tangguh Train 3 maupun JTB tidak lepas dari pengaruh pandemi. Paling tidak kira-kira 2 tahun proyek ini tergeser, sehingga yang tadinya diperkirakan selesai 2022 dan bisa produksi optimum 2023, ini bergeser semua," kata Dwi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, di Senayan, Jakarta, Kamis (30/11/2023).

Padahal, pada Semester I 2023 SKK Migas mencatatkan lifting minyak tembus hingga mencapai 620 ribu barel per hari. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan capaian di 2022 yang mencapai 612 ribu barel per hari. Namun akhirnya karena kendala tersebut di semester kali ini lifting mengalami penurunan.

"Sebenarnya target kita sudah cukup gembira kita pertahankan dan harapkan akan naik. Kemudian di Triwulan III 2023 kami mengalami musibah bocornya pipa-pipa dari aging facilities," ujarnya

"Salah satu problem yang kita hadapi khususnya di OSES dan ONWJ, kebocoran serta terbakarnya kabel power sehingga kita me-reroute mode of electricity production tadinya menggunakan kabel kemudian menjadi gas, supply gas," sambungnya.

Saat ini, kondisi sudah dapat teratasi. Dwi mengatakan, proses pemulihan masih terus dilakukan. Sementara untuk kondisi fasilitas-fasilitas tua (aging facilities) yang kritis, penanganannya dipercepat. Dari target awalnya rampung pada 2026, menjadi 2025. Targetnya kembali dipercepat, dengan Pertamina yang pada rapat terakhir berkomitmen menyelesaikannya di akhir 2024.

"Ini membuat year-on-year (yoy) kita 99,5% karena tahun lalu sampai Oktober 607 ribu barel per hari. Kalo terhadap APBN 91,6%, WP&B 97,3% untuk Oktober. Sedangkan outlook Desember diharapkan untuk APBN 91,9% dan kemudian untuk terhadap WP&B 97,6%," jelasnya.

Di samping itu, SKK Migas juga mencatat realisasi investasi hulu migas hingga Oktober 2023 mencapai US$ 10,20 miliar atau setara dengan 78,4% target tahun ini sebesar US$ 13 Miliar.Adapun, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 9,20 miliar, capaian investasi hulu migas hingga Oktober 2023 meningkat 110.9%.

"Investasi tahun 2023 sebesar US$13,8 miliar atau lebih tinggi 6 persen dari Long Term Plan (LTP) dan 14 persen lebih tinggi dari tahun 2022 serta di atas tren investasi E&P Global," pungkasnya. (shc/fdl)


Hide Ads