Harga Pertalite ditetapkan sebesar Rp 10.000 ribu/liter dan harga Solar sebesar Rp 6.800/liter. Namun harga tersebut ternyata masih di bawah harga keekonomian.
Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan, harga keekonomian Pertalite adalah sekitar Rp 13.000/liter. Ia menyebut selisih harga sebesar Rp 3.000 ditanggung oleh pemerintah.
"Pertalite sekitar Rp 13.000, jadi yang diberikan pemerintah ya masih sekitar Rp 3.000," ujarnya kepada detikcom di Jakarta, Selasa (5/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara Solar harganya lebih tinggi lagi, sekitar Rp 14.000-15.000 per liter. Artinya subsidi untuk Solar jauh lebih besar dibandingkan Pertalite.
"Solar lebih besar lagi, dari Rp 6.800 sampai harganya keekonomiannya, coba aja dibandingkan dengan Dexlite, tapi Solar di bawah dikit jadi ya mungkin Rp 14.000-15.000-an," jelasnya.
Menurutnya jika mengacu pada harga minyak mentah sekarang dan dengan kurs sekitar Rp 15.000-an, Irto menyebut Solar dan Pertalite memang dijual di bawah harga keekonomian.
"Selama harga keekonomian belum berada di bawah harga penjualan, tentu itu masih ada subsidi yang diberikan pemerintah sehingga harganya tentu masih belum disesuaikan," tuturnya.
Terkait penyesuaian harga Solar dan Pertalite hal ini ditentukan pemerintah selaku regulator. Penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tersebut juga tergantung pada pergerakan harga minyak mentah.
Ia menyebut jika harga minyak mentah turun di bawah harga saat ini maka pemerintah bakal mengkaji harga Pertalite dan Solar.
"Kalau harga minyak mentah nanti turun di bawah harga saat ini, penjualan BBM saat ini, Solar atau Pertalite yang bersidi tadi tentunya pemerintah akan mengkaji kembali untuk harga itu," pungkasnya.
Simak juga Video: Resmi Turun, Ini Daftar Harga BBM Non-Subsidi Pertamina