"Sekarang masih US$ 79, itu nanti ekuilibriumnya, kan harus sama harga minyak tertentu dan kursnya juga tertentu. Nah itu yang nanti akan jadi bahasan Kementerian Keuangan," katanya di Kementerian ESDM Jakarta, Jumat (22/12/2023).
Dia menambahkan, harga Pertalite berpeluang turun jika harga minyak dunia berada di bawah US$ 60 per barel. "Kan dulu kita bilangnya berapa kan US$ 60-an ke bawah kan, dulu waktu itu kursnya berapa ya," imbuhnya.
Ia pun mengkonfirmasi, harga Pertalite belum akan turun. Oleh karena itu, pihaknya tengah mendorong konversi motor listrik untuk mengurangi ketergantungan pada minyak.
"Iya, makanya kita harus segera percepat program apa transisi konversi ke listrik supaya nggak tergantung sama minyak kebanyakan. Kalau listrik kan nggak usah disubsidi," katanya.
Dikutip dari Reuters, harga minyak naik sebanyak 1% karena ketegangan terus berlanjut di Timur Tengah menyusul serangan Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah. Minyak mentah berjangka Brent naik US$ 86 sen atau 1,1%, menjadi US$ 80,25 per barel. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik US$ 81 sen atau 1,1% menjadi US$ 74,70 per barel. (acd/rrd)