Jakarta -
Dewan Energi Nasional (DEN) mengungkit rencana pensiun dini alias suntik mati Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). DEN mengatakan langit dan udara Jakarta tetap cerah dan bersih kendati PLTU beroperasi.
Dari pantauan detikcom di kawasan Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Rabu pagi (24/1) kemarin, udara Jakarta memang terasa lebih sejuk. Langit terlihat cerah meski sedikit berawan.
Situasi ini lebih baik dibandingkan periode Agustus-September tahun lalu. Kala itu, udara terasa sesak, langit Jakarta penuh dengan kabut. Menurut situs IQAir pada pukul 10.45 WIB, indeks kualitas udara Jakarta di kawasan Kebayoran Baru berada pada angka 37 dengan tingkat polutan utamanya PM 2.5.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tingkat polusi udara Jakarta baik," demikian tulis situs tersebut.
DEN pun melihat fenomena ini bisa terjadi di tengah masih beroperasinya PLTU. Alhasil, lembaga yang bertanggung jawab atas kebijakan energi nasional itu mempertanyakan jika kebijakan suntik mati PLTU tetap perlu dijalankan.
"Pagi ini udara Jakarta bersih, langit biru, padahal PLTU nya tetap hidup. Apa (masih) perlu suntik mati PLTU?" ungkap Sekretaris Jenderal DEN, Djoko Siswanto kepada detikcom, Rabu (24/1/2024).
Djoko menduga, fenomena udara bersih dan langit Jakarta yang cerah terjadi karena jumlah masyarakat yang menggunakan kendaraan listrik (EV) dan kompor listrik sudah mulai banyak.
Kendati demikian, Djoko memberi penjelasan tambahan ketika dikonfirmasi kembali jika pernyataan tersebut berarti DEN melihat kebijakan suntik mati PLTU sudah tidak diperlukan.
Djoko mengatakan, pensiun dini PLTU masih perlu dilakukan, namun tidak untuk semua PLTU di Indonesia. "Ya, tidak semua PLTU (dipensiunkan), yang sudah tidak efisien dan banyak menimbulkan emisi saja yang di suntik mati. (Ini) Sedang dievaluasi," jelasnya.
Rencana pemerintah suntik mati PLTU di halaman berikutnya.
Sebelumnya, berdasarkan catatan
detikcom, pemerintah sedang merencanakan suntik mati PLTU sebagai bagian dari upaya Indonesia mencapai
net-zero emission pada 2060.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, menargetkan satu proyek pensiun dini PLTU dibiayai melalui skema Just Energy Transition Partnership (JETP). JETP merupakan komitmen pendanaan dari negara-negara maju dengan nilai US$ 20 miliar. Arifin sempat mengungkap salah satu PLTU yang akan dipensiunkan adalah PLTU Cirebon-1 yang terletak di Jawa Barat.
"(PLTU) Cirebon, Cirebon. Ogut (saya) lupa, ogut lupa," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Jumat (10/11/2023).
Arifin mengatakan, PLTU Cirebon akan dipensiunkan karena yang paling memungkinkan. Biaya pemensiunan PLTU berasal dari Asian Development Bank (ADB) yang merupakan bagian dari komitmen JETP.
Kendati demikian, Arifin mengaku belum bisa mengungkap dana yang dikucurkan untuk pensiun dini PLTU ini. Yang pasti, katanya, sudah ada kajian untuk pensiun PLTU tersebut. "Ini kan baru principal-nya tapi sudah ada kajiannya. Dananya kan ogut belum lihat," ujar Arifin.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sempat mensinyalir pemensiunan PLTU membutuhkan dana besar. Kala itu, ia mengungkap Indonesia perlu investasi besar agar target net zero emission pada 2060 tercapai.
Jumlah kebutuhan transisi energi disebutnya mencapai US$ 95,9 miliar dalam kurun 2023 sampai 2030, dan US$ 530 miliar dalam kurun 2030-2050. Menurutnya, sejumlah ini bisa diperoleh dari berbagai negara asing serta lembaga investasi global.
"Tidak bisa ujuk-ujuk menghentikan karena bakal menyebabkan persoalan situasi sosial dan politik yang tidak berkelanjutan, dan dengan komitmen besar ini, estimasi biayanya adalah US$ 95,9 miliar dalam kurun 2023-2023, dan kita butuh tambahan US$ 530 miliar lagi dari 2030-2050," bebernya dalam agenda Indonesia International Conference for Sustainable Finance and Economy 2023 (IICSFE 2023) yang disiarkan di YouTube BKF Kemenkeu, Kamis (8/11/2023),
Oleh sebab itu, Sri Mulyani mengatakan, transisi energi Indonesia akan jauh panggang dari api tanpa investasi. Pemerintah terus aktif untuk menghubungkan berbagai lingkaran finansial global dengan Indonesia dalam hal transisi energi.
"Ini bukan uang kecil, tapi juga didiskusikan dengan lingkaran finansial global, saya dengar ada triliunan uang secara global di luar sana. Jadi kebutuhan finansial ini bisa diberikan dengan menghubungkan uang di global sana ke rencana Indonesia. Makanya saya sampaikan, boleh punya semangat dan pidato yang bagus, tapi jangan sampai tidak bisa mendiskusikan dan merencanakan finansialnya," tegasnya.