Gara-gara AS, 14 Kapal Minyak Rusia Terdampar Berminggu-minggu di Korsel

Gara-gara AS, 14 Kapal Minyak Rusia Terdampar Berminggu-minggu di Korsel

Samuel Gading - detikFinance
Sabtu, 27 Jan 2024 22:31 WIB
Safer tanker is seen on Monday, June 12, 2023, off the coast of Yemen. Safer has posed an environmental threat since 2015, as it decayed and threatened to spill its contents of 1.14 million barrels into the Red Sea and Indian Ocean. In May, the United Nations announced that the first step of the ships salvage process had begun, with the arrival of a ship that would remove atmospheric oxygen from the ships oil chambers. (AP Photo/Osamah Abdulrahman)
Ilustrasi Kapal Tanker/Foto: AP/Osamah Abdulrahman
Jakarta -

Sebanyak 14 kapal tanker milik Rusia yang memuat 10 juta barel minyak mentah kelas Sokol terdampar di lepas pantai Korea Selatan selama berminggu-minggu. Minyak-minyak di kapal tersebut tidak terjual imbas penerapan sanksi Amerika Serikat (AS) serta masalah pembayaran.

Dilansir dari Reuters, Sabtu (27/1/2024), data LSEG, Kpler, dan pedagang mencatatkan, pada Jumat kemarin setidaknya ada 14 kapal yang memuat Sokol terjebak di sekitar pelabuhan Yosu Korea Selatan, termasuk 11 kapal Aframax dan tiga kapal pengangkut minyak mentah sangat besar (VLCC).

Volume yang disimpan di kapal tanker setara dengan 1,3 juta metrik ton, mewakili produksi Sakhalin-1 selama 45 hari, yang rata-rata menghasilkan 220.000 barel per hari (bph). Adapun Sakhalin-1 sendiri merupakan salah satu kesepakatan pasca-Soviet pertama di Rusia yang dibuat berdasarkan perjanjian bagi hasil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sakhalin-1 pernah menjadi andalan perusahaan besar AS, Exxon Mobil, yang keluar dari Rusia setelah invasi Rusia ke Ukraina. Ketika Exxon Mobil hengkang pada tahun 2022, produksi turun hingga hampir nol dan belum sepenuhnya pulih sejak saat itu.

Data menunjukkan bahwa VLCC sebelumnya menerima minyak dari beberapa kapal Aframax melalui pengiriman antar kapal. Memasok minyak dalam jumlah besar dari kapal yang lebih kecil ke kapal yang lebih besar dapat menghemat biaya pengangkutan.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, Amerika Serikat, dengan dukungan negara-negara barat, mulai menjatuhkan sanksi terhadap beberapa kapal dan perusahaan yang terlibat dalam pengangkutan Sokol pada tahun lalu.

Kesulitan dalam menjual minyak kelas Sokol merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Moskow, sejak negara-negara Barat memberlakukan sanksi. Sanksi ini merupakan salah satu gangguan paling serius terhadap ekspor minyak Rusia dalam dua tahun terakhir.

Amerika Serikat pun telah menyatakan keinginannya dalam menerapkan sanksi ini ialah guna mengurangi pendapatan Presiden Vladimir Putin dan 'mesin perangnya' di Ukraina, namun tanpa mengganggu aliran energi Rusia ke pasar global.

Di samping itu, pengiriman Sokol ke Indian Oil Corp (IOC.NS), tertunda karena masalah pembayaran, Kondisi ini memaksa kilang terbesar India untuk menarik persediaannya dan membeli lebih banyak minyak dari Timur Tengah.

Sebuah sumber yang dekat dengan IOC mengatakan, perusahaan tersebut tidak memperkirakan akan menerima pengiriman Sokol dalam waktu dekat karena adanya perselisihan mengenai mata uang mana yang akan digunakan untuk pembayarannya.

Adapun IOC sendiri merupakan satu-satunya penyulingan milik negara yang memiliki kesepakatan tahunan untuk membeli berbagai kualitas minyak Rusia, termasuk Sokol, dari perusahaan minyak Rusia Rosneft (ROSN.MM).

(fdl/fdl)

Hide Ads