PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Hulu Energi (PHE) akan terus menggenjot produksi minyak dan gas bumi (migas) di tengah upaya transisi energi.
Direktur Eksplorasi PHE Muharram J Panguriseng menerangkan, persoalan energi dihadapkan oleh dua hal. Pertama, Indonesia terikat Perjanjian Paris yang mengharuskan untuk mengurangi polusi yang dilepas ke udara. Kedua, di sisi lain Indonesia harus mewujudkan ketahanan energi nasional.
"Ketahanan energi nasional ini sudah dipertontonkan dalam perang Ukraina Rusia kemarin," katanya dalam Media Gathering Subholding Upstream, Lombok, Selasa (6/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan data yang ia sajikan, realisasi kebutuhan energi 2022 sebesar 240 million tonne of oil equivalent (MTOE). Adapun rinciannya, minyak 32%, gas 21%, batu bara 38%, dan energi terbarukan 9%.
Pada 2050, kebutuhan energi ini diproyeksi naik menjadi 1.000 MTOE dengan rincian minyak 20%, minyak 24%, batu bara 25%, dan energi terbarukan 31%.
Meski energi terbarukan melesat, tetap dibutuhkan energi lain untuk menopang ketahanan energi nasional. Dia mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan eksplorasi yang masif.
Ada dua strategi yang ditempuh. Pertama, eksplorasi di wilayah lama, tapi dengan cara berpikir dan teknologi baru.
"Karena tanpa teknologi baru kita nggak mungkin melihat yang belum terlihat. Itu sebabnya kemarin kita mendapatkan temuan dua kali bahkan di Jawa Barat, satu di Bekasi, kemudian satu lagi di Indramayu," terangnya.
Strategi kedua harus berani masuk ke daerah yang sifatnya emerging untuk mencari penemuan-penemuan raksasa.
"Kita masuk ke sana untuk mencari temuan-temuan yang ukurannya giant atau raksasa," katanya.
(acd/ara)