Pemerintah tetap akan mendorong penggunaan bahan bakar gas (BBG). Langkah tersebut ditempuh meski pada saat yang sama pemerintah mendorong kendaraan listrik.
Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto menerangkan, pemerintah memiliki tujuan meningkatkan ketahanan dan kemandirian energi. Langkah pertama untuk mewujudkan hal tersebut adalah mengurangi impor energi fosil, khususnya impor bensin.
"Alhamdulillah impor BBM jenis solar sudah dapat kita atasi dengan program B30, B35 boleh dikatakan kita sudah tidak lagi impor yang namanya BBM jenis solar, di SPBU ada biosolar harganya pun murah dan masih disubsidi," katanya di Squawk Box CNBC Indonesia, dikutip Kamis (22/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejalan dengan itu, pemerintah juga tengah mengejar target net zero emission (NZE) pada 2060. Djoko mengatakan, gas merupakan energi fosil paling bersih.
"Nah fosil yang paling bersih ya dibandingkan dengan apa batu bara dan minyak adalah gas di mana emisinya cuma 50% dari batu bara," katanya.
Menurutnya, gas merupakan energi yang cocok untuk transisi energi. Terlebih, Indonesia memiliki pasokan gas yang besar.
"Nah gas adalah yang paling cocok memang untuk transisi, sebelum kita sepenuhnya menggunakan EBT, kita masih punya banyak gas kita masih ekspor dalam bentuk gas pipa maupun LNG," imbuhnya.
Baca juga: 3 Fakta SPBU Hidrogen Hijau Pertama RI |
Dia mengatakan, Indonesia pernah memanfaatkan gas untuk transportasi sekitar 30 tahun yang lalu. Kala itu, Indonesia memiliki 28 SPBG. Namun, permintaan gas berkurang karena tidak didukung kebijakan.
"Misalnya nggak boleh lagi jualan kendaraan BBM gitu harus gas, tetapi akhirnya kita kembali lagi menggunakan gas ya terutama untuk transportasi umum," katanya.
Lihat juga Video: Bukan Bensin atau Listrik, Motor Bahan Bakar Gas ini Mejeng di IIMS 2023